statement trading

statement trading
ini adalah hasil live trading EA saya.hasil trading 10% tiap bulan untuk posisi aman, bisa smpe 20-30% untuk posisi spekulasi.jika ada yg berminat contact saya di 085649238006.
Program Affiliate Indowebmaker
InstaForex
gps forex robot

trading free $100 no deposit

DAFTAR ROBO FOREX, GRATIS $15

masukkan kode referal:" ybu " jika keberatan silahkan dikosongin aja

MARKETIVA

MARKETIVA
untuk pendaftaran klik gambar diatas dan untuk mendapatkan kupon silahkan kirim email ke saifudinzuhri32@yahoo.co.id

tempat penukaran uang terpercaya

daftar libertyreserve

SIGNAL FOREX HARI INI


Powered by GainScope.com - Forex

download gratis dapat uang

payooner

ini adalah perusahaan yang menjual produk ksehatan.dengan daftar disini,kita akan dapat kartu kredit payooner gratis langsung di kirim kerumah kita.silahkan mencoba saya sudah mendapatkan kiriman kartu kreditnya.kegunaan kartu kredit tersebut dapat kita gunakan untuk mengaktifkan rekening paypal. silahkan klik dibawah ini.

Jumat, 26 Juni 2009

pengaruh ekonomi terhadap pendidikan

Aspek Ekonomi dalam Pendidikan
Ditulis oleh Cucu Lisnawati
Penulis: Cucu Lisnawati, S.Pd. (dosen tetap pada Universitas Langlangbuana di Bandung). Abstrak: Masalah
pendidikan sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi. Baik secara langsung maupun tidak langsung,
kontribusi pendidikan terhadap ekonomi dan pembangunan harus diakui. Dengan demikian, tidak selamanya pendidikan
dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan. Sudah saatnya, pendidikan harus dipandang sebagai investasi, yang
secara jangka panjang kontribusinya dapat dirasakan. Kata Kunci: Ekonomi pendidikan, investasi dalam pendidikan,
pembiayaan dalam pendidikan.
A. Ukuran-ukuran Kontribusi Pendidikan Terhadap Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Bagaimanakan
keterkaitan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi? Secara sederhana, jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
digambarkan berikut ini. Untuk menjawab hal tersebut di atas, kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
pembangunan. Konsep pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam tergantung konteks
pengggunaanya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi
tenaga manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah Invesment in Human Capital.
Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara
terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang
mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat. Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan
formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi. Menurut
teori ini pertumbuhan dan pembangunan memiliki 2 syarat, yaitu 1. Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien,
dan 2. Adannya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Sumber daya manusis seperti itu
dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi dalam
pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan
adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengatahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga
yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataannya tingat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah
sekitar 2 % setiap tahunnya (World Bank:1980) Terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses
pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan dengan jenis pekerjaan tertentu. Sekolah
memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya tempat
dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapat berbagai macam faktor untuk mengukur bagaimana pertumbuhan
ekonomi diukur dengan baik. Diantara ukuran-ukuran tersebut, diantaranya: 1. Pendapatan per-kapita 2. Perubahan
peta ketenagakerjaan dari pertanian ke industri 3. Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi seperti
mobil, telepon, televisi Dengan demikian kriteria untuk menilai keberhasilan pembangunan: 4. Peningkatan dalam
efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP. 5. Kepuasaan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, 6. Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan
penggunakan sumber daya yang terbatas. Pola keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan berbeda sesuai
dengan karakteristik khas setiap negara. Secara ringkas tampak berikut ini. 1. Negara Kapitalis vs Negara Sosialis.
Ekonomi di negara kapitalis mengasumsikan bahwa model produksinya bebas dari intervensi pemerintah dan
mensyaratkan adanya kompetisi terbuka di dalam pemasaran. Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
sangat erat dan pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan. Ekonomi di negara sosialis, memiliki konteks yang
berbeda dalam mengitepretasikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pemerintah memiliki peranan di dalam
mengontrol jalannya proses produksi dan pemasaran. Kaitan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan seolah tidak terlihat karena pembangunan sangat diatur oleh negara, bukan ditentukan oleh masingmasing
warga negara. 2. Negara Industri vs Non-Industri. Di Amerika Serikat yang sudah maju, persentase pekerja
yang bekerja di sektor industri sebesar 33 % dan di bidang jasa/service sebesar 66 %. Di Meksiko persentase di sektor
yang sama adalah 23 % dan 33 %. Di negara maju, penduduknya memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi,
pemakaian teknologi yang canggih, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan negara kurang berkembang. Di
negara maju memiliki akumulasi modal yang lebih besar, sebagai akibat dari kelebihan pendapatan setelah dikurangi
kebutuhan konsumsi, sehingga jumlah tabungan semakin lebih besar dan pada akhirnya akan diinvestasikan lagi pada
sistem ekonomi yang telah berjalan. Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat
dari adanya perubahan karakteristik individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara nonindustri,
perekonomiannya sangat tergantung kepada sektor pertanian sehingga persentase tenaga kerjanya lebih
banyak yang bekerja di sektor non-industri. Jelas bagaimana pentingnya analisis kontribusi pendidikan dalam
pembangunan. Salah satu alasan banyaknya kontroversi tentang kaitan antara pembangunan dan pendidikan
disebabkan karena sedikit sekali kebijakan pendidikan yang dimonitor benar-benar dan juga dievaluasi hasilnya. Analisis
terhadap pendidikan biasanya bersifat ex-post fakto, artinya data diperoleh dari kejadian-kejadian yang telah lampau.
Sebenarnya konsep bagaimana pendidikan itu harus dievaluasi harus dikembangkan sejak tujuannya ditetapkan.
dengan memperhatikan kerangka berpikirnya dan metodologinya. Metode yang sering dipakai dalam penelitian evaluasi
adalahl linear regresion and the educational production. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membicarakan
lebih lanjut kontribusi pendidikan terhadap pembangunan harus ditemukan kriteria-kriteria atau ukuran-ukuran
pertumbuhan atau hasil pembangunan. Dari uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan ukuran-ukuran sebagai berikut.
1. Teknologi tinggi dan sumberdaya yang mengoperasikannya 2. Pendapatan per-kapita 3. Perubahan peta
ketenagakerjaan dari pertanian ke industri 4. Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi 5.
Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP 6. Kepuasaan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat 7. Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27
dengan penggunakan sumber daya yang terbatas. Berdasarkan ukuran tersebut di atas, maka untuk mengetahui
keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan diperlukan data sebagai berikut. 1. Pendidikan, yang meliputi
partisipasi pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan 2. Pendapatan nasional, baik dalam bentuk
Pendapatan Nasional Bruto, Pendapatan Domestik Bruto, maupun Pendapatan Perkapita 3. Perubahan peta
ketenagakerjaan, dengan rentangan pertanian-jasa-industri 4. Konsumsi energi A. Konsep Investasi dalam Pendidikan
Investasi berarti penanaman modal atau uang. Modal atau uang yang ditanamkan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan, baik berupa uang atau modal maupun dalam bentuk barang atau jasa. Kenneth J. Arrow (1962)
mengemuikakan bahwa istilah investasi atau investment merupakan alokasi current resources yang mempunyai
alternatif produktif yang berguna untuk pelaksanaan kegiatan yang dapat menambah keuntungan yang diperoleh di
masa yang akan datang. Biaya atau cost suatu investasi merupakan keuntungan yang diperoleh dibagi dengan
penggunaan sumber daya dalam berbagai kegiatan lain. Dengan demikian jelas bahwa investasi merupakan
penanaman modal atau uang yang sengaja dilakukan untuk mendatangkan keuntungan melalui produk yang dihasilkan.
Sementara itu pendidikan merupakan usaha manusia untuk membangun manusia itu sendiri dengan segala masalah
dan spektrumnya yang terlepas dari dimensi waktu dan ruang. Hal ini berarti bahwa inti pendidikan itu adalah
pembelajaran seumur hidup (life long learning), sementara bentuk pendidikan formal, pendidikan non formal (luar
sekolah) dan sebagainya hanya merupakan modus operandi dari proses pendidikan. Pendidikan di sini dimaksud untuk
meningkatkan martabat manusia agar mempunyai ketermapilan dan kemampuan sehinggan produktivitasnya meningkat.
Oleh sebab itu maka hasil pendidikan akan menjadi sumber daya manusia yang sangat berguna dalam pembangunan
suatu negara. Investasi dalam pendidikan merupakan penanaman modal dengan cara mengalokasikan biaya untuk
penyelenggaraan pendidikan serta mengambil keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui
pendidikan itu. Dalam konteks ini pendidikan ini diapandang sebagai industri pembalajaran manusia, artinya melalaui
pendidikan dihasilkan manusia-manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang sangat diperlukan bagi
perekonomian suatu negara untuk meningkatkan pendapatanindividu dan pendapatan nasional. Dengan demikian maka
investasi dalam pendidikan mempunyai jangka waktu yang panjang untuk dapat mengetahui hasilnya dan hasilnya
itupun tidak dalam bentuk keuntungan lansung, melainkan keuntungan bagi pribagi yang menerima pendidikan dan bagi
negara. Sebagai fungsi investasi, pendidikan memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan,
kualitas manusia dan pendapatan nasional, terutama dalam hal-hal berikut: 1. Proses belajar mengajar menjamin
masyarakat yang terbuka (yaitu masyarakat yang senantiasa beresedia untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan
dan harapan-harapan baru serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya). 2. Sistem
pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai pembangunan dan hasil-hasil rises (jaminan melekat untuk
pertumbuhan masyarakat modern yang berkesinambungan). Investasi pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan
secara konstan menambah persediaan pengetahuan dan memungkinkan riset dan penemuan metode serta teknik baru
yang berkelanjutan. 3. Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan segala faktor yang dibutuhkan masyarakat
kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor pendidikan akan menaikan pendapatan perkapita dalam
sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan. 4. Sistem
pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran ketermapilan manusia di pasar pemburuhan yang luwes dan
mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan
masyarakat teknologi modern yang sedang berubah (Komaruddin, 1991: 14). Investasi dalam pendidikan memusatkan
perhatian pada manusia sebagai sumber daya yang akan menjadi modal (human capital) bagai capital (Gary S. Backer,
1962) berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi real income masa yang akan datang melalui
penempatan sumber daya dalam bentuk manusia. Human capital di sini merujuk pada tenaga kerja sebagai suatu faktor
produksi yang menghubungkan aspek non-ekonomi pendidikan terhadap aspek ekonomi lainnya yang mempunya dua
ciri esensial, yaitu: 1. Kualitas tenaga kerja sebagai suatu input produktif tidak dapat dibagi dan digunakan secara
terpisah. 2. Kemampuan tenaga kerja tersebut tidak dapat dipindahkan kepada orang lain. Dalam kaitan ini, Ace
Suryadi (1991) mengungkapkan bahwa menurut teori human capital yang tercermin dalam keterampilan, pengetahuan
dan produktivitas kerjanya. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa ada model investasi dalam bentuk sumber daya
manusia yang secara langsung atau tidak melakukan hubungan antara indikator pendidikan di satu pihak dan indikator
ekonomi di lain pihak. Model yang dimaksudkan adalah model analisis biaya dan keuntunganpendidikan (cost benefit
analysis). Model ini merupakan metodologi yang sangat penting dalam melakukan analisis untuk investasi pendidikan
dan dapat membantu pengambilan keputusan untuk memutuskan danmemilih diantara alternatif alokasi sumber-sumber
pendidikan yang terbatas agar mampu memberikan kemampuan yang paling tinggi. B. Pendidikan dan Pertumbungan
Ekonomi Mungkinkah ada intervensi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi? Pendidikan memiliki daya dukung
yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Tyler (1977) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
produktivitas kerja seseorang, yang kemudia akanmeningkatakan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini
berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones (1984) melihat pendidikan sebagai
alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja
potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang
secara langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan
pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membngun. Sementra itu Vaizey (1962) melihat pendidikan
menjdi sumber utama bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam penyediddan
tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan, karena pranata ekonomi membutuhkan tenagatenga
terdidik dan terlatih. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada ekuivalensiyang kuat antara pekerjaan dan
pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dant erlatih. Oleh karena itu,
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27
pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan
dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti
pertumbuhan ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah. Intervensi
pendidikan terhadap ekonomi merupakan upaya penyiapan pelaku-pelaku ekonomi dalam melasnakan fungsi-fungsi
produksi, distribusi, dan konsumsi. Intervensi terhadap fungsi produksi berupa penyediaan tenaga kerja untuk berbagai
tingkatan yaitu top, midle, dan low management; atau secara ekstrim tenagra kerja krah biru dan krah putih. Di samping
tenaga kerja, juga pendidikan mengintervensi produksi untuk penyediaan entrepreneur tangguh yang mampu mengambil
resiko dalam inovasi teknologi produksi. Bentuk intervensi lain yaitu menciptakan teknologi baru dan menyiapkan orangorang
yang menggunakannya. Program-program perluasan produksi melalui intensifikasi dan rasionalisasi merupakan
salah satu wujud nyata dari peran prangata pendidikan atas fungsi produksi ini. Intervensi terhadap fungsi distribusi
adalah melalui pengembangan research and development produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat atau konsumen. Intervensi terhadap fungsi konsumsi dilakukan melalui peningkatan produktivitas kerja yang
akan mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini akan mendorong pada peningkatan fungsi
konsusmsi, yang ditunjukan dengan meningkatnya jumlah tabuhan yang berasal dari pendapatan yang disisihkan.
Tabungan ini akan menjadi investasi kapital yang tentunya akan lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu
negara. C. Pendidikan dan Pekerjaan Ukuran yang paling populer dalam melihat kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah mempertautkan antara pendidikan dengan pekerjaan. Pemikiran ini didasarkan pada
anggapan bahwa pendidikan merupakan human capital. Pemikiran ini muncul pada era industrialisasi dalam
masayarkaat modern. Argumen ini memiliki dua sepek, yaitu: 1. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern, dan 2.
Investasi pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas dalam
kehidupan nyata. Sebagai ilustrasi, menginkatkan tingkat pendidikan pekerja berpenghasilan rendah akan memberikan
tiga pengaruh positif, yaitu: 1. Meningkatkan produktivitas kerja dan konsekuensinya terhadap pendapatan 2.
Meningkatakan suplai tenaga kerja dengan keahlian tinggi dan konsekuensinya terhadap rendahnya gaji mereka, dan 3.
Menciptakan kekurangan pekerja berkeahlian rendah dengan konsekuensi mengingkatkan gaji pekerja golongan ini.
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27 Read More..

Kamis, 25 Juni 2009

STATISTIK INFERENSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Statistics is difficult to learn. Begitulah salah contoh dalam buku Bahasa Inggris pegangan mahasiswa. Pernyataan bahwa statistik sulit untuk dipelajari tidaklah berlebihan. “Jika orang mendengar kata statistik, maka asosiasi mereka adalah tentang sesuatu yang ruwet, memusingkan, penuh dengan rumus-rumus yang rumit, membosankan, dan sebagainya.” Mahasiswa yang menulis skripsi dengan pendekatan kwantitatif ternyata menemukan banyak kesulitan untuk menentukan analisis statistik yang tepat dan mengaplikasikan analisis yang telah dipilih.
Dengan semakin meluasnya ketersediaan komputer pada lembaga pendidikan akhir-akhir ini, metode pengajaran Statistik di beberapa perguruan tinggi telah mengalami perubahan yang dramatis. Kusnandar selanjutnya mengatakan bahwa ketersediaan perangkat keras dan lunak komputer telah memberikan banyak kemudahan kepada peneliti dalam menganalisis hasil penelitian. Bila dahulu ada anggapan bahwa penelitian yang meneliti tiga variabel atau lebih hanya dapat dilakukan oleh peneliti setingkat mahasiswa S2 atau bahkan S3, dikarenakan sulitnya analisis multivariat, sekarang itu bisa dilakukan oleh mahasiswa S1 atau oleh peneliti pemula. Singgih Santoso menganggap bahwa perkembangan Software Statistik yang pesat membuat penggunaan metode statistik Multivariat yang sangat komplek menjadi mudah dan praktis. Kalau terhadap statistik Multivariat saja menjadi mudah dan praktis, apalagi bagi statistik univariat dan bivariat.
Kejadian ini, sejauh pengamatan kami belum banyak terjadi di berbagai perguruan tinggi Islam di wilayah Kediri dan sekitarnya. Belum dimanfaatkannya teknologi terbaru untuk analisis statistik ini boleh jadi karena sivitas akademika belum tahu dan masih meragukan tentang berbagai efektivitas, kemudahan, dan validitas dari teknologi itu.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka penulis melalui makalah ini berusaha memberikan kesan mudah terhadap statistik dengan memberikan contoh dan aplikasinya dengan SPSS dan Microsoft Excel.
B. Manfaat Statistik dalam Penelitian Kwantitatif
Setidaknya ada 4 (empat) manfaat Statistik dalam penelitian kwantitatif:
1. Untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari populasi, sehingga sampel dapat lebih representatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
3. Teknik-teknik untuk mendeskripsikan data sehingga data lebih komunikatif; dan
4. Alat untuk analisis data.
C. Macam-macam Statistik
Statistik dapat dibedakan menjadi dua, deskriptif dan inferensial. Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan data atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi. Sementara statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan.
Statistik inferensial dapat dibedakan menjadi dua, parametris dan non-parametris. Statistik parametris terutama digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sementara non-parametris terutama digunakan untuk menganalisis data nominal atau ordinal. Atau datanya interval atau rasio tetapi tidak berdistribusi normal. Macam-macam statistik itu dapat digambarkan seperti di bawah ini:

D. Jenis Data
Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua: kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau kualitatif yang diangkakan.
Data kuantitatif dapat juga dikelompokkan menjadi dua: diskrit dan kontinum. Data diskrit adalah data yang diperoleh dari menghitung, bukan mengukur. Data ini sering disebut dengan data nominal. Sementara data kontinum dikelompokkan menjadi tiga: ordinal, interval, dan rasio. Data ordinal adalah data yang berjenjang dan berbentuk peringkat. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nol absolut. Sementara data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nol absolut.
Bermacam data seperti di atas dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Contoh data dalam skala pengukuran nominal dan ordinal:
No Skala Penguk. Data Kualitatif Kategori
01 Nominal Suku 1. Sunda 2. Jawa
3.Madura 4. Lainnya
Kepemilikan motor 1. ya 2. tidak
02 Ordinal
Pendidikan 1. PT 2. SMA
3. SMP 4. SD
Jabatan Dosen 1. Guru Besar 2. Lektor Kepala
3. Lektor 4. Asisten Ahli
Nilai Akhir Mata Kuliah 1. A 2. B
3. C 4. D
5. E
Contoh data dalam skala pengukuran interval dan rasio:
Data Kuantitatif Skala Pengukuran
Suhu (Celcius atau Fahrenheit) interval
penanggalan (Masehi atau Hijriah) interval
tinggi (meter) rasio
berat (kilogram) rasio
Umur (tahun atau hari) rasio

E. Pedoman Umum Memilih Teknik Statistik
Terdapat bermacam-macam teknik statistik yang dapat digunakan menguji hipotesis. Teknik statistik mana yang akan digunakan tergantung pada interaksi dua hal: macam data dan bentuk hipotesisnya. Secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
MACAM DATA BENTUK HIPOTESIS
Deskriptif (Satu Variabel) Komparatif (Dua Sampel) Komparatif (Lebih dari dua sampel) Asosiatif (hubungan)
Related Independen Related Independen
NOMINAL Binomial

X2 One Sample Mc Nemar Fisher Exact Probability

X2 Two Sample X2 for k Sample

Cochran Q X2 for k Sample Contingency Coefficient
ORDINAL Run Test Sign Test

Wilcoxon Matched Pairs Median Test

Mann-Whitney U Test

Kolmogorov-Smirnov

Wald-Woldfowitz Friedman Two-way Anova Median Extention

Kruskal-Wallis One Way Anova Spearman Rank Correlation

Kendall Tau

INTERVAL RASIO t-test T-test of Related T-test of independent
One-way Anova

Two-way Anova
One-way Anova

Two-way Anova Pearson Product Moment

Partial Correlation

Multiple Correlation
Makalah ini tidak akan menjelaskan secara keseluruhan teknik statistik di atas, tetapi hanya menjelaskan teknik yang sering digunakan mahasiswa dalam menguji hipotesis skripsinya.
F. Konsep Pengujian Hipotesis
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir, a point estimate dan interval estimate. Yang disebutkan pertama adalah suatu taksiran parameter berdasarkan suatu nilai data sampel sedangkan yang kedua adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sampel.
Menaksir parameter populasi menggunakan nilai tunggal mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Makin besar taksiran maka akan semakin kecil kesalahannya tetapi tingkat ketelitian taksiran semakin rendah. Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk prosentase. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran ditetapkan lebih dahulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%. Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan tingkat signifikansi.
Dalam setiap pengujian hipotesis, kita harus selalu memutuskan apakah menerima ataukan menolak Ho dan selalu ada kemungkinan bahwa kita membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan tersebut. Kesalahan tersebut terjadi ketika kita menolak suatu hipotesis yang benar atau menerima hipotesis yanjg salah. Kedua jenis kesalahan ini diberi nama secara khusus dalam pengujian hipotesis:
1. Salah jenis I. Kesalahan ini terjadi ketika kita menolak Ho padahal Ho benar. Peluang terjadinya kesalahan ini dinyatakan dengan  dan disebut taraf signifikansi.
2. Salah tipe II. Kesalahan ini terjadi ketika kita menerima Ho padahal Ho salah. Peluang terjadinya kesalahan ini dinyatakan dengan , yang disebut dengan power of statistical test.
Dalam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa prosen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (Ho) yang benar. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Daerah Kritis/
Penolakan Ho



Titik
Kritis Daerah
Penerimaan Ho Titik
Kritis


BAB II
ANALISIS KORELASI

A. Pendahuluan
Dalam ilmu statistik istilah korelasi berarti hubungan antardua variabel atau lebih. Hubungan antardua variabel disebut bivariate correlation, sementara hubungan antarlebih dua variabel disebut multivariate correlation.
Hubungan antardua variabel misalnya korelasi antara intensitas mengikuti diskusi dosen (variabel x) dengan produktifitas kerja (variabel y). Hubungan antarlebih dari dua variabel misalnya korelasi antara kwalitas layanan (variabel x1), keadilan bagi hasil (variabel x2), dengan banyaknya nasabah (variabel y).
B. Arah Korelasi
Hubungan antardua variabel atau lebih itu bila dilihat dari arahnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hubungan yang sifatnya searah dan berlawanan arah. Hubungan searah disebut korelasi positif, sementara yang berlawanan arah disebut korelasi negatif.
Jadi, jika variabel x mengalami kenaikan, maka akan diikuti kenaikan variabel y. Itulah korelasi positif. Contohnya bila layanan terhadap nasabah naik (variabel x) maka naik pula jumlah nasabah bank itu (variabel y). Sementara korelasi negatif adalah apabila variabel x mengalami peningkatan mengakibatkan variabel y mengalami penurunan dan sebaliknya. Contohnya bila curah hujan meningkat (variabel x) maka penjualan es akan mengalami penurunan (variabel y).
C. Angka Korelasi
Besar angka korelasi itu berkisar antara 0 sampai 1, baik posisit maupun negatif. Bila dalam penghitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1 berarti telah terjadi kesalahan penghitungan. Bila angka korelasi itu bertanda negatif menunjukkan korelasi antarvariabel itu negatif. Interpretasi kasar terhadap angka korelasi sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
D. Macam-macam Teknik Korelasi
Setidaknya ada 9 teknik analisis korelasi sebagai berikut.
NO VARIABEL I VARIABEL II TEKNIK
01 Interval/rasio Interval/rasio Product moment
02 Interval/rasio Interval/rasio Korelasi Parsial
03 Interval/rasio Interval/rasio Korelasi Ganda
04 2 atau lebih nominal 2 atau lebih nominal Koefisien Kontigengensi
05 Ordinal Ordinal Spearman
06 Ordinal Ordinal Kendall’s tau
07 Dikotomi buatan Interval/rasio Biserial
08 Dikotomi asli Interval/rasio Point biserial
09 Dikotomi buatan Dikotomi buatan Tetrachoric
10 Dikotomi asli Dikotomi asli Koefisien Phi
Dari sepuluh teknik analisis ini, penulis hanya akan menjelaskan 5 teknik, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, dan 6.
1. Product moment
Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio. Karena product moment termasuk parametrik, maka harus memenuhi uji asumsi salah satunya adalah kedua variabel itu berdistribusi normal.
Dua di antara rumus product moment adalah:
rxy =
Dimana :
rxy = Korelasi antara variabel x dan y
x = (Xi – )
y = (Yi – )
rxy =

Rumus terakhir digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi.
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara nilai rata-rata dari Mata Kuliah Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian Kependidikan dengan Nilai Skripsi. Penelitian menggunakan nilai sebelum dikonversi dan mengambil sampel sebanyak 35 mahasiswa.
Karena product moment termasuk parametrik, maka setelah data terkumpul dan skor untuk variabel x dan variabel y diuji normalitasnya. Cara termudah untuk menguji ini adalah dengan program SPSS.
Prosedur untuk menguji distribusi data adalah sebagai berikut:
Setelah data dimasukkan klik Analyze  Descriptive Statistics  Explore, sebagaimana gambar berikut ini:

Setelah itu akan keluar gambar berikut ini:

Pengisian:
1. Destinasikan kedua variabel itu ke dalam kotak Dependent List, dengan memblok kedua variabel itu dan mengeklik panah yang ada di sebelah kiri kotak itu.
2. Pada bagian Display, kliklah kotak Plots.
3. Kemudian kliklah kotak Plots, maka akan keluar gambar di bawah ini.

Oleh karena hanya akan menguji normalitas, maka
1. Aktifkan kotak Normality Plots with tests.
2. Nonaktifkan pilihan stem and leaf.
3. Pilih None pada bagian Boxplot.
4. Setelah itu klik Ok, maka akan keluar output seperti di bawah ini.
Explore


Untuk menguji normalitas dapat digunakan skor Sig. Yang ada pada hasil penghitungan Kolmogorov-Smirnov. Bila angka Sig. Lebih besar atau sama dengan 0,05, maka berdistribusi normal, tetapi apabila kurang, maka data tidak berdistribusi normal. Karena Sig. Untuk variabel x (0,200), dan variabel y (0,163) itu lebih besar dari 0,05, maka kedua data variabel itu berdistribusi normal.
Hal ini juga dapat dilihat pada grafik Normal Q-Q Plot maupun Detrended Normal Q-Q Plot. Untuk Normal Q-Q Plot itu apabila sebaran data dari variabel itu bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas dan tidak ada yang terletak jauh dari sebaran data, maka data tersebut berdistribusi normal. Sementara untuk Detrended Normal Q-Q Plot, apabila datanya tidak membentuk suatu pola tertentu atau menyebar secara acak, maka data itu berarti berdistribusi normal. Sesuai dengan nilai Sig. di atas, maka hasil uji dengan dua model grafik di bawah ini juga menunjukkan kedua data dari variabel itu berdistribusi normal.
Nilai rata Stat Pend. Met. Pen., dan MPP

Nilai Skripsi

Dikarenakan kedua variabel itu distribusi datanya normal, maka dapat dilakukan analisis dengan product moment. Seandainya distribusi datanya tidak normal, maka harus menggunakan analisis non-parametrik, seperti kendall’s tau atau spearman rank.
Prosedur untuk menguji hipotesis dengan product moment adalah sebagai berikut:
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Correlate  Bivariate, sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:


Pengisian:
1. Destinasikan kedua variabel itu ke dalam kotak Variables,
2. Kalau berkeinginan untuk menampilkan rata-rata dan deviasi standar, kliklah Options, maka akan keluar gambar di bawah ini.
3. Setelah itu kliklah pada kotak yang ada di depan Means and …. Setelah itu klik Continue. Abaikan yang lain dan klik Ok, maka akan menghasilkan Output seperti di bawah ini.
Correlations


Dari output di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah 35. Skor rata-rata variabel x adalah 74,1143 dengan deviasi standar 10,05213. Sementara untuk skor rata-rata variabel y adalah 73,9143 dengan deviasi standar 8.87949.
Adapun nilai koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y adalah 0,924, dengan nilai Signya 0,000 dalam arti kesalahan menolak Ho hanyalah 0% atau mendekati 0%. Hasil pada Sig. itu dapat dicek ulang dengan membanding rhitung 0,924 dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 2 (jumlah variabel) = 33. Nilai tabel untuk 33 dengan kesalahan 5%: 0,344 dan 1%: 0,442. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi. Dan karena rhitung tidak bertanda negatif, maka menunjukkan arah korelasi ini positif. Jadi, semakin tinggi nilai rata-rata Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian kependidikan semakin tinggi pula nilai Skirpsinya.
Bila penghitungan di atas kita menggunakan SPSS, maka product moment ini ada dua cara untuk menghitung dengan Microsoft Excel. Yang satu menggunakan sub menu Data Analysis… dalam menu Tools, yang satunya menggunakan aplikasi sesuai dengan rumus seperti terlihat di bawah ini:

Caranya:
1. Setelah data dimasukkan, baik untuk variabel x maupun variabel y, buatlah rata-rata dari masing-masing variabel itu.
2. Kurangi masing-masing skor responden dengan nilai rata-ratanya.
3. Kuadratkan hasil pengurangan itu.
4. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
5. Untuk mengetahui varians untuk sampel bagikan hasil penjumlahan no.4 dengan jumlah sampel dikurangi 1.
6. untuk mengetahui deviasi standar, Carilah akar varians di atas.
7. Kalikan hasil pengurangan dari masing-masing reponden antara variabel x dan y.
8. Jumlahkan skor hasil dari no. 7 di atas.
9. Setelah itu masukkan ke dalam rumus.
rxy =
Ternyata hasilnya sama persis dengan penghitungan dengan SPSS.
Apabila kita menggunakan rumus 2, maka sebagaimana berikut:

Caranya:
1. Setelah data dimasukkan, baik untuk variabel x maupun variabel y, jumlahkan masing-masing variabel itu.
2. Kuadratkan masing-masing skor yang ada di varibel x.
3. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
4. Kuadratkan masing-masing skor yang ada di varibel y.
5. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
6. Kalikan masing-masing skor antara variabel x dan y.
7. Jumlahkan skor hasil pengkalian di atas.
8. Setelah itu masukkan ke dalam rumus.
rxy =
Sedangkan cara yang paling cepat adalah menggunakan Data Analysis dari menu Tools, sebagaimana ada pada gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar sebagaimana di bawah ini klik Correlation dan klik Ok.

Selah keluar gambar di bawah ini, maka bloklah seluruh skor variabel x dan variabel y. Selanjutnya klik Ok.

Inilah hasil dari penghitungan itu, ternyata hasilnya, manakala di belakang koma dijadikan tiga angka maka skornya sama persis dengan penghitungan SPSS dan excel secara urut.


2. Koefisien Ganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel yang lain. Rumus itu adalah sebagai berikut:
R =
Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara nilai rata-rata mata kuliah Statistik Pendidikan, Metodologi Penelitian, dan Metodologi Penelitian Kependidikan (x1) dan Nilai Mata Kuliah yang mempunyai kaitan erat dengan isi topik skripsi (x2) dengan nilai skripsi (y).
Data ketiga variabel itu dimasukkan pada data view SPSS terlihat sebagai berikut:

Prosedur untuk menguji hipotesis dengan korelasi ganda adalah sama dengan aplikasi product moment:
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Correlate  Bivariate, sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Pengisian:
1. Destinasikan ketiga variabel itu ke dalam kotak Variables,
2. Kalau berkeinginan untuk menampilkan rata-rata dan deviasi standar, kliklah Options, maka akan keluar gambar di bawah ini.

3. Setelah itu kliklah pada kotak yang ada di depan Means and …. Setelah itu klik Continue. Abaikan yang lain dan klik Ok, maka akan menghasilkan Output seperti di bawah ini.
Correlations


Dari output di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah 35. Skor rata-rata variabel x1 adalah 74,1143 dengan deviasi standar 10,05213, Skor rata-rata variabel x2 adalah 73,1429 dengan deviasi standar 5,56852. Sementara untuk skor rata-rata variabel y adalah 73,9143 dengan deviasi standar 8.87949.
Adapun nilai koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel y adalah 0,924, nilai koefisien korelasi antara variabel x2 dengan variabel y adalah 0,847, dan nilai koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel x2 adalah 0,913. Nilai Sig untuk ketiga korelasi itu adalah 0,000 dalam arti kesalahan menolak Ho hanyalah 0% atau mendekati 0%. Hasil pada Sig. itu dapat dicek ulang dengan membanding rhitung dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 2 (jumlah variabel) = 33. Nilai tabel untuk 33 dengan kesalahan 5%: 0,344 dan 1%: 0,442. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi. Dan karena rhitung tidak bertanda negatif, maka menunjukkan arah korelasi ini positif. Jadi, semakin tinggi nilai rata-rata Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian kependidikan semakin tinggi pula nilai Skirpsinya, demikian juga semakin tinggi nilai mata kuliah yang terkait dengan isi topik skripsi semakin tinggi pula nilai Skirpsinya. Sayangnya out put itu tidak memperlihatkan skor korelasi kedua variabel x secara bersama-sama dengan variabel y.
Bila penghitungan di atas kita menggunakan SPSS, maka bila dihitung dengan Microsoft Excel aplikasinya seperti terlihat di bawah ini:



Hasil penghitungan dengan Microsoft Excel menghasil skor yang sama dengan skor koefisien korelasi hasil penghitungan SPSS. Kelebihannya ia juga bisa digunakan mencari skor korelasi kedua variabel x secara bersama-sama dengan variabel y, yaitu 0,924. Kalau kita membandingkan rhitung dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 3 (jumlah variabel) = 32. Nilai tabel untuk 32 dengan kesalahan 5%: 0,349 dan 1%: 0,449. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi.

3. Koefisien Kontingency
Teknik ini digunakan untuk menghitung hubungan antarvariabel bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini mempunyai kaitan erat dengan Chi Kuadrat yang digunakan untuk menguji komparative k-sampel independent. Oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai Chi Kuadrat. Rumus itu adalah sebagai berikut:
C =
Nilai Chi Kuadrat dihitung dengan rumus:
2 =
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penggunaan alat (teknologi) hitung dengan benar tidaknya hasil hitung dalam penghitungan analisis statistik. Sampel diambil 45 orang, 15 menggunakan kalkulator, 15 menggunakan komputer dengan program microsoft Excel, dan 15 orang menggunakan SPSS.
Data dari penelitian ini adalah data kategori, maka cara untuk memasukkan data ke SPSS juga harus sesuai dengan aturan data kategori. Bila sub menu value labels dalam menu view diaktifkan maka akan keluar seperti gambar di bawah ini.


Setelah itu klik Analyze  Descriptive Statistics  Crosstabs seperti di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Setelah itu destinasikan kedua variabel itu ke kotak Row(s).
Kliklah Statistics akan keluar seperti di bawah ini:

Setelah itu Aktifkan Chi-square dan Contingency Coeficient dalam Nominal, selanjutnya kliklah Continue.
Setelah itu klik cells maka akan keluar gambar di bawah ini:

Setelah itu aktifkan expected lalu klik Continue. Abaikan yang lain dan kliklah Ok, maka akan keluar Output seperti di bawah ini:
Crosstabs




Dari Output di atas dapat diketahui bahwa nilai hitung koefisien kontingensi adalah 0,514 sementara nilai Chi kuadratnya adalah 16,123. Sementara penghitungan dengan Excel sebagaimana contoh di bawah ini. Dari kedua penghitungan ini ternyata menghasilkan nilai yang sama baik untuk nilai Chi kuadrat maupun Korelasi Koefisien Kontigency.

Cara Mencari Expexted adalah dengan mengkalikan prosentase jumlah yang benar dan yang salah dengan jumlah masing-masing sampel:
Benar : 0.755556 x 15 = 11.3333
Salah : 0.244444 x 15 = 3.6666

Untuk menguji Nilai Koefisien Kontingency menggunakan nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan: kategori variabel x dikurangi 1 dan kategori variabel y dikurangi 1. Jadi 3 –1 = 2 ditambah 2 – 1= 1 sama dengan 3.
16.123 > 7,815 kesalahan 5%
16.123 > 11,341 kesalahan 1%.
Ho ditolak Ha diterima
Jenis teknologi hitung mempunyai korelasi yang signifikan dengan kebenaran hitung sebesar 0.514. Dan kesimpulan dari data sampel berlaku juga pada populasi.

4. Spearman Rank
Sebagaimana tabel teknik analisis korelasi, maka spearman rank adalah teknik analisis manakala datanya berbentuk ordinal atau interval yang diordinalkan.
Contoh:
Untuk mendapatkan data tentang karakteristik pemimpin yang berpengaruh, pada tahun 1995 dan 2002 telah diadakan penelitian di Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia diperoleh data dengan peringkat sebagai berikut:

Setelah data diinput sebagaimana di atas, maka klik Analyze  Correlate  Bivariate sebagaimana gambar berikut ini:

Setelah keluar gambar di bawah ini, masukkan dua variabel tersebut (th2002 dan th1995) ke dalam kolak Variables. Klik Pearson untuk menghilangkan contengannya sebagai gantinya kliklah Spearman, lalu klik Ok.

Out put di bawah ini adalah hasil penghitungan SPSS, yaitu korelasi antara hasil penelitian th 1995 dengan th 2002 yang mempunyai skorhitung: 0,959.
Nonparametric Correlations

Bila dibandingklan rhotabel untuk n = 20 dengan taraf kesalahan 5%: 0,450 dan taraf kesalahan 1%: 0,591. Dikarenakan rhohitung (0,959) adalah lebih besar dari rhotabel baik untuk kesalahan 5% maupun 1%, maka korelasi antara penilaian tahun 1995 dan 2002 adalah positif dan signifikan dan berlaku juga untuk populasi.
Sedangkan aplikasi dengan Excel adalah sebagai berikut:
1. masing-masing skor pada variabel x dikurangi dengan masing-masing skor pada variabel y.
2. masing-masing hasil pengurangan itu dikuadratkan.
3. Seluruh hasil pengkuadratan itu dijumlahkan.
4. Hasil penjumlahan itu dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini
 = 1 -

Hasilnya ternyata sama persis dengan hasil penghitungan dengan SPSS.

5. Kendall’s tau
Fungsi dari Kendall's tau semestinya sama dengan spearman, bedanya hanyalah kalau spearman biasanya digunakan untuk sampel kecil, tetapi kendall's tau dapat digunakan untuk sampel besar.
Kendall's tau juga sering digunakan untuk menganalisis data yang semula direncanakan dianalisis dengan product moment. Setelah diuji distribusi datanya ternyata tidak normal atau sampelnya kurang dari 30, maka akhirnya dianalisis dengan Kendall's tau. Untuk kasus seperti itu, bila dianalisis dengan menggunakan excel, maka data yang semula interval atau rasio harus dirangking.
Sedangkan prosedur untuk analisisnya sama dengan spearman, bedanya kalau yang diaktifkan untuk kendall's tau adalah kendall.

Setelah seluruh prosedur sebagaimana di spearman dilakukan maka akan keluar out put sebagaimana di bawah ini:
Nonparametric Correlations

Berdasarkan out put di atas, maka diketahui bahwa korelasi antara variabel x (IQ) dan y (prestasi) adalah 0,760. Selanjutnya hasil itu dimasukkan dalam rumus z, yang akan penulis jelaskan berbarengan dengan penjelasan aplikasi dengan excel.
Dari perhitungan ini diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara IQ dan prestasi sebesar 0,76. Hal ini berarti semakin tinggi IQ seseorang semakin tinggi prestasinya.
Sedangkan aplikasi analisis kendall's dengan excel adalah sebagai berikut:
1. Skor dari variabel x dirangking dari rangking 1 dan seterusnya.
2. Skor dari variabel y juga dirangking.
3. Berdasarkan rangking dari variabel y itu dicari rangking atas (Ra), yaitu menghitung skor yang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan masing-masing skor pada variabel y.
4. Berdasarkan rangking dari variabel y itu dicari rangking bawah (Rb), yaitu menghitung skor yang yang lebih rendah bila dibandingkan dengan masing-masing skor pada variabel y.
5. Selanjutnya masing-masing skor Ra dan Rb dijumlahkan.
6. Hasilnya penjumlahan itu dimasukkan dalam rumus.
 =
Hasil penghitungan dengan Excel ini ternyata mempunyai hasil yang sama dengan SPSS. Selanjutnya hitung 0,760 itu dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini.

z =
Zhitung: 5,3249, bila dibandingkan dengan ztabel pada kesalahan 1% dibagi dua (0,01/2 = 0,005) atau kesalahan 5% dibagi dua (0,05/2 = 0,025). Demikian juga 100% dibagi dua (0,100/2 = 0,50) setelah dikurangi dengan 0,005 = 0,495 skor tabelnya adalah 2,58 atau dikurangi 0,025 = 0,475 skortabelnya 1,96. Ternyata Zhitung lebih besar dibanding ztabel Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima.

E. Koefisien Penentu
Koefisien penentu adalah digunakan untuk menjawab berapa persen variabel x mempengaruhi variabel y. Rumus untuk mencari Koefisien penentu adalah:
(Koefisien Korelasi)2 x 100.
Dari analisis korelasi yang sudah dilakukan diatas didapatkan skor korelasi untuk:
1. Product Moment 0,924. Skor penentunya sebesar 85,378%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 85,378%, sedangkan yang 14,622% ditentukan oleh variabel lainnya.
2. Korelasi Ganda juga sebesar 0,924. Skor penentunya sebesar 85,378%. Ini artinya pengaruh kedua variabel x terhadap variabel sebesar 85,378%, sedangkan yang 14,622% ditentukan oleh variabel lainnya.
3. Koefisien Kontingensi 0,514. Skor penentunya sebesar 26,420%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 26,420%, sedangkan yang 73,580% ditentukan oleh variabel lainnya.
4. Spearman Rank sebesar 0,959. Skor penentunya sebesar 91,968%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 91,968%, sedangkan yang 8,032% ditentukan oleh variabel lainnya.
5. Kendall's tau 0,760. Skor penentunya sebesar 57,760%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 57,760%, sedangkan yang 42,240% ditentukan oleh variabel lainnya.
Aplikasi untuk mencari Koefisien Penentu dengan Microsoft Excel seperti terlihat di bawah ini:

BAB III
ANALISIS REGRESI

A. Pendahuluan
Korelasi dan regresi mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi selalu ada korelasinya, tetapi belum tentu korelasi dilanjutkan dengan regresi. Korelasi yang dapat dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi antara dua variabel yang secara teori atau konsep mempunyai hubungan kausal (sebab akibat) atau hubungan fungsional.
Regresi digunakan manakala ingin diketahui bagaimana variabel y dapat diprediksikan melalui variabel x. Hasil analisis regresi dapat digunakan untuk mmutuskan apakah naik dan turunnya skor variabel y dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan variabel x.
B. Regresi Linear Sederhana dan Regresi Ganda Dua Prediktor
Di luar yang disebutkan dua regresi di atas, setidaknya masih ada regresi non-linear dan regresi ganda dengan tiga atau lebih prediktor. Hanya karena jarangnya digunakan dalam analisis penelitian untuk penulisan skripsi, maka ia tidak dijelaskan di sini.
1. Regresi Linear Sederhana
Regresi linear adalah regresi linear di mana variabel yang terlibat di dalamnya hanya dua.
Contoh: peneliti meneruskan hasil penghitungkan product moment yang telah dijelaskan di atas, untuk diketahui persamaan regresinya.
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Regression  Linear, sebagaimana gambar di bawah ini:

Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Regression  Linear, sebagaimana gambar di bawah ini:

Di bawah ini adalah hasil analisis regresi.



Skor R 0,924 adalah koefisien korelasinya, sementara 0,853 adalah korelasi penentunya.

Tabel Anova memaparkan uji kelinearan. Bila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (tidak terjadi hubungan linear antardua variabel, tetapi bila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak (terjadi hubungan linear antardua variabel). Uji linearitas ini juga bisa menggunakan skor Sig. Bila lebih kecil dari 0,05, maka tolak saja Ho.


Persamaan regresinya adalah:
Y = 13,438 + 0,816X.
Keterangan:
Bila tidak ada hasil pembelajaran metode penelitian, metode penilitian kependidikan, dan statistik pendidikan, maka mahasiswa itu akan mendapatkan nilai skripsi 13,438.
Koefisien regresi 0,816 menyetakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1% skor di variebl x akan meningkatkan skor variabel y sebanyak 0,816%.
Sebagai contok kalau ada mahasiswa yang mendapatkan skor variabel x sebanyak 70, maka diprediksikan skor variabel y sebagai berikut:
Y = 13,438 + (0,816 x 70)
Y = 70,558.
Bila dihitung dengan Microsoft Excel adalah sebagai berikut:


Y’ = a + bX

Dimana :
Y’ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Sementara rumus untuk mencari a dan b adalah sebagai berikut:
a =

b =

2. Regresi Ganda Dua Prediktor
Sementara untuk regresi ganda dua prediktor persamaan regresinya adalah Y = a + b1x1 + b2x2.
Untuk aplikasi dengan SPSS, cara sama dengan aplikasi linear, bedanya ketika mendestinasikan variabel x dengan memasukkan kedua variabel x.
Hasilnya sebagaimana tersebut di bawah ini. Dan cara membacanya juga sama dengan hasil regresi linear.





Sedangkan cara untuk mencari persamaan regresi dengan Microsoft Excel adalah dengan menggunakan rumus : Y = a + b1X1 + b2X2.
Keterangan
Y = adalah skor yang diprediksikan
a = intercept atau Konstanta
X1 dan X2 = variabel bebas I dan II
b1 dan b2 = koefisien regresi
Sedangkan cara untuk menghitung harga a, b1, dan b2 menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

b1 =

b2 =

a =

Keterangan:
∑ x12 = ∑ x12 -
∑ x22 = ∑ x22 -
∑ x1 x2 = ∑ x1 x2 -
∑ x1 y = ∑ x1 y -
∑ x2 y = ∑ x2 y -
∑ y2 = ∑ y2 -
Sedangkan aplikasinya sebagai berikut:


Begitulah cara penyelesaian menurut Buku Analisis Data Penelitian dengan Statistik oleh Iqbal Hasan, halaman 74-78. Sayang hasilnya ternyata tidak sama dengan penghitungan dengan SPSS.






BAB IV
ANALISIS KOMPARASI

A. Pendahuluan
Analisis komparasi berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga berarti menguji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antarvariabel yang sedang diteliti. Jika ada perbedaan, apakah perbedaan itu signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan.
B. Macam-macam Teknik Analisis Komparasi
Terdapat dua model komparasi, yaitu komparasi antara dua sampel dan komparasi antara lebih dari dua sampel. Masing-masing juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu komparasi antar sampel yang berkorelasi dan komparasi antara sampel yang tidak berkorelasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
MACAM DATA BENTUK HIPOTESIS
Komparatif (Dua Sampel) Komparatif (Lebih dari dua sampel)
Related Independen Related Independen
NOMINAL Mc Nemar Fisher Exact Probability
X2 Two Sample X2 for k Sample
Cochran Q X2 for k Sample
ORDINAL Sign Test
Wilcoxon Matched Pairs Median Test
Mann-Whitney U Test
Kolmogorov-Smirnov
Wald-Woldfowitz Friedman Two-way Anova Median Extention
Kruskal-Wallis One Way Anova
INTERVAL RASIO T-test of Related T-test of independent
One-way Anova
Two-way Anova
One-way Anova
Two-way Anova
Makalah ini hanya akan menjelaskan sekilas tentang T-test of related dan T-test of independent yang sering digunakan mahasiswa untuk menganalisis data dan menguji hipotesis ketika menulis skripsi.
1. T-test of Related
Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel bila datanya berbentuk interval atau rasio adalah t-test.
Rumus untuk t-test of related adalah:

Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perpebaan produktivitas kerja pegawai sebelum dan setelah mendapatkan kendaraan dinas. Berdasarkan 25 sampel pegawai yang dipilih secara random diketahui produktivitas kerja pegawai sebelum dan sesudah mendapatkan kendaraan dinas adalah sebagai berikut:

Setelah data disajikan seperti di atas, lalu klik Analyze  Compare Means  Paired Samples T Test sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar sebagai berikut: arahkan variabel x (sebelum) dan y (sesudah) ke dalam Paired Variables, lalu klik Ok.

Tampilan di bawah ini adalah hasil penghitungan itu.
T-Test

Out put ini menunjukkan bahwa sampel penelitian ini adalah 25, rata-rata skor produktifitas kerja sebelum mendapatkan kendaraan dinas adalah 74 dan sesudanya adalah 79,2.

Out put ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel sebelum dan sesudah adalah 0,863.

Hal yang sangat penting dari out put di atas adalah thitung: -4,906.
Sedangkan penghitungan dengan excel sebagai berikut:

1. Carilah selisih masing-masing skor sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan.
2. Jumlah seluruh skor dari selisih di atas.
3. Bagi hasil penjumlahan nomor 2 dengan jumlah sampel (dalam hal ini 25)
4. Kurangilan masing-masing hasil nomor 1 dengan hasil bagi nomor 4.
5. Kuadratkan masing-masing hasil pengurangan di nomor 4.
6. Jumlah seluruh skor dari hasil di nomor 5.
7. Hasil dari nomor 6 masukkan ke rumus
Hasilnya ternyata sama dengan penghitungan dengan SPSS.
Dengan derajat kebebasan 25+25-2 = 48, yang tertera dalam tabel yang mendekati 48 adalah 40 untuk kesalahan 5% = 2,021 dan 1% = 2,704. Karena thitung lebih besar dari ttabel. Jadi Ho ditolah dan Ha diterima, artinya berlaku untuk populasi, baik dalam kesalahan 1% maupun 5%

2. T-test of Independent
Terdapat 2 rumus t-test yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent.


t =

Rumus 1


t =

Rumus 2

1. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varians homogens, maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 + n2 – 2.
2. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama dan varians homogen, maka dapat menggunakan rumus 2. Besarnya dk adalah n1 - n2 – 2.
3. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varians tidak homogens, maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 – 1 atau n2 – 1.
4. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama dan varians tidak homogens, maka dapat digunakan rumus 1. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 – 1 dan n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil. Sebagai contoh n1 = 25, berarti dk = 24, maka harga t tabel = 2,797. n2 = 13, dk = 12, harga t tabel = 3,005 (untuk kesalahan 1%, uji dua fihak. Jadi harga t tabel yang digunakan adalah (3,005 – 2,797) : 2 = 0,104. Selanjutnya harga ini ditambah dengan t yang terkecil. Jadi 0,104 + 2,797 = 2,901.
Untuk menguji homogenitas varians adalah dengan menggunakan rumus:
F = Varians Terbesar
Varians terkecil
Bila F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel, maka varians homogens.
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui kecepatan memasuki dunia kerja antara lulusan SMA dan STM di satu sisi, dan antara lulusan PTS dan PTN.
Untuk hasil penelitian perbandingan antara lulusan SMA dan STM datanya adalah sebagai berikut:

Setelah data disajikan seperti di atas, lalu klik Analyze  Compare Means  Independent Samples T Test sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar seperti di bawah ini destinasikan variabel masa nunggu di Test variable(s) dan lulusan pada Grouping variable. Setelah itu klik Define Groups.

Setelah keluar gambar seperti di bawah ini ketiklah 1 di group 1, dan 2 di kolom Group 2. lalu klik Continue, lalu klik Ok.

Tampilan di bawah ini adalah out-put hasil penghitungan t-test independent dengan SPSS.
T-Test

Tampilan di atas menunjukkan bahwa sampel untuk lulus SMA sejumlah 22 dan lulusan STM 18 orang. Rata-rata lulusan SMA memasuki dunia kerja setelah menunggu selama 2,9091 tahun sementara lulusan STM menunggu 1,7778 tahun.

Hasil penting dari out put di atas adalah untuk thitung manakala variannya homogin adalah 2,858 tetapi manakala hiterogin thitungnya adalah 3,026.
Manakala dihitung dengan excel adalah sebagai berikut:


1. Carilah mean dari sampel SMA maupun STM.
2. Kurangi masing-masing sekor dengan mean masing-masing
3. Kuadratkan masing-masing skor hasil pengurangan nomor 2.
4. Jumlah seluruh skor hasil pengkuadratan pada sampel masing-masing
5. Bagi hasil nomor 4 dengan jumlah sampel dikurangi 1 (Inilah variansnya).
6. Casilah homogenitas varians dengan cara varians terbesar dibagi dengan varians terkecil.
7. Bandingkan hasilnya itu dengan Ftabel, manakala Hhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel, maka berarti varians homogin.
Ternyata hasilnya lebih besar dari tabel, sehingga variannys hiterogin. Karena jumlah sampel tidak sama dan variansnya hiterogin, maka berlaku ketentuan nomor 4 (pada halaman 62).
Dari penghitungan di atas ternyata hasilnya sama dengan SPSS. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sementara untuk penelitian kedua hasilnya adalah sebagai berikut:

Adapun caranya sama dengan yang tertera pada halaman 63-64. Tampilan di bawah ini adalah out-put hasil penghitungan t-test independent dengan SPSS.
T-Test

Jumlah sampel lulusan PTN dan PTS adalah sama 22.

Sementara hasilnya adalah thitung: 0,115.


Sama seperti di atas, hanya karena varians ini homogin dan jumlah sampel sama, maka berlaku ketentuan nomor 1 halaman 62. Hasilnya juga sama dengan penghitungan SPSS.
Untuk menguji hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel. Ttabel untuk derajat kebebasan 22 + 22 - 2 = 42 (yang mendekati adalah 40 untuk kesalahan 5%, dengan uji 2 fihak adalah 2,021, ternyata thitung 0,115 lebih kecil dari pada ttabel 2,021., maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan Read More..

Rabu, 24 Juni 2009

contoh angket lingkungan keluarga

ANGKET UNTUK SISWA

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. sebelum anda mengisi angket ini, bacalah terlebih dahulu dengan seksama agar tidak salah
2. Pilihlah dengan memberi tanda silang (X) salah satu jawaban yang paling sesuai dengan yang pernah anda alami
3. Semua jawaban dalam angket ini tidak ada yang salah ataupun benar, dan tidak ada kaitannya dengan nilai anda.
4. Informasi yang anda berikan melalui pengisian angket ini merupakan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
IDENTITAS PRIBADI PENGISIAN ANGKET
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
A. Angket dukungan orang tua
1. Apakah orang tua anda mendampingi anda dalam belajar di rumah ?
A. Selalu
B. Kadang-kadang
C. Jarang sekali
D. Tidak pernah
2. Apakah orang tua anda melengkapi semua kebutuhan sekolah anda, misalnya membelikan semua buku-buku pelajaran?
A. Sangat lengkap
B. lengkap
C. Kurang lengkap
D. Tidak disediakan
3. Apakah orang tua anda memberi motivasi agar giat belajar, milasnya jika anda mendapat nilai bagus akan diberi hadiah ?
A. Sering sekali
B. Sering
C. Kadang – kadang
D. Tidak pernah
4. Apakah orang tua anda bersedia mengeluarkan biaya untuk mengikuti les/kursus ?
A. Sangat bersedia
B. Bersedia
C. Agak keberatan
D. Tidak bersedia
5. Apakah orang tua anda pernah menyuruh anda disaat anda lagi belajar?
A. Tidak pernah
B. Pernah
C. Kadang-kadang
D. Sering
6. Dimana anda belajar dirumah ?
A. Ruang belajar
B. Ruang tamu
C. Kamar tidur
D. Di sembarang tempat
B. Angket pengawasan orang tua
1. Apakah orang tua anda memperhatikan ketertiban anda masuk sekolah ?
A. Sangat diperhatikan
B. Diperhatikan
C. Kurang diperhatikan
D. Tidak diperhatikan
2. Apakah pergaulan anda dengan teman-teman anda senantiasa diperhatikan orang tua anda?
A. Senantiasa diperhatikan
B. Diperhatikan
C. Kurang diperhatikan
D. Tidak diperhatikan
3. Apakah kegiatan anda sehari-hari, misalnya menonton TV, bermain dan lokasi bermain senantiasa dikontrol oleh orang tua anda?
A. Senantiasa dikontrol
B. Di kontrol
C. Kadang – kadang dikontrol
D. Tidak dikontrol
4. Apakah orang tua anda melihat dan menanyakan isi tas sekolah anda ?
A. Senantiasa dilihat
B. Dilihat
C. Kadang – kadang dilihat
D. Tidak dilihat
5. Apakah orang tua anda selalu mengingtkan jam waktu belajar anda dirumah ?
A. Selalu diingatkan
B. Diingatkan
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
6. Apakah orangtua anda menanyakan nilai ulangan harian anda ?
A. Selalu menanyakan
B. Menanyakan
C. Jarang menanyakan
D. Tidak pernah Read More..

Rabu, 03 Juni 2009

PTK

CONTOH PTK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses pembelajaran di kelas pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah melalui peran kepala sekolah dan para gurunya. Kepala sekolah berperan sebagai manajer, pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan, sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa di dalam kelas. Oleh karena itulah sebenarnya peranan guru yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal sering dialamatkan kepadanya.
Guru merupakan sosok yang bekeradaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, sebagaimana dikemukakan Sopandi (1992:23) “kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun.
Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa”. Oleh karena itu apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang ditetaptapkan dapat tercapai.
Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan meteri, menggunakan metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran, termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok sangat tepat dalam membantu siswa memecahkan masalah yang dihadapi bersama, sehingga pemahaman setiap siswa menjadi merata. Keadaan tersebut sebagaimana dikemukakan Mudjiono (2002:4) bahwa belajar kelompok memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional;
2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan;
3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab; dan
4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.

Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran, termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode belajar kelompok untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sangat diperlukan. Para siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi
para siswa apalagi pada pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara keseluruhan lebih menekankan kepada aspek kognitif (pengetahuan) dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak saja.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selaajutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan : “Upaya Peningkatan Pengetahuan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia pada Siswa Kelas VI SD dengan Metode Belajar Kelompok”.

B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pembelajaran merupakan hal yang sangat kompleks yang dialami guru dan siswa. Permasalahn guru adalah cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat, sedangkan siswa menyerap materi pelajaran secara keseluruhan (tuntas). Berbagai upaya telah dilakukan kepala sekolah, guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan tersebut, namun demikian dari waktu ke waktu permasalahan tersebut tetap ada, seiring dengan perubahan dan perkembangan dunia pendidikan. Demikian pula halnya dengan pembelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia ada kendala beberapa permasalahan yang ditemui berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut.
1. Menurunnya aktivitas siswa dalam pembelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan ditandai sedikitnya pengetahuan siswa dan sedikit pertanyaan yang dijawab oleh siswa.
2. Tidak semua siswa memiliki buku ajar sesuai dengan yang dianjurkan guru.
3. Nilai rata-rata setiap ulangan berkisar 6,0 dengan tingkat ketuntasan belajar 61% yang berarti belum mencapai tuntas belajar.
4. Untuk saat sekarang peraga, media pembelajaran manual dan elektronik, e-book, e-mail, belum ada, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru cenderung menggunakan pembelajaran model ceramah, sehingga siswa menjadi jenuh.
Jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, maka akan lebih menurunkan kualitas pembelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Oleh karena itu agar proses pembelajaran lebih menarik, guru perlu mendesain proses pembelajaran dengan salah satunya menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi kelompok.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Upaya Peningkatan Pengetahuan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia pada Siswa Kelas VI SD dengan Metode Belajar Kelompok”.

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Tujuan Umum
1. Untuk Siswa
Untuk meningkatkan pengetahuan terutama pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Untuk Guru
Menambah pengalaman guru dalam pembelajaran dengan penerapan metode belajar kelompok, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk Siswa
a. Untuk meningkatkan prestasi terutama pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan belajar kelompok.

2. Untuk Guru
a. Memperbaiki metode belajar kelompok mata pelajaran Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia yang telah ada secara lebih menarik, merangsang kreativitas dan menambah motivasi bagi siswa.


E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dan Dinas Dikpora beserta jajarannya pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penerapan metode belajar kelompok untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia untuk kelas VI.
b. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar-mengajar Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia di sekolah.

2. Manfaat Praktis :
a. Murid, yaitu meningkatnya nilai kreativitas, motivasi belajar, sikap ilmiah, kedisiplinan dan tanggung jawab.
b. Guru, yaitu menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
c. Sekolah, yaitu mengembangkan kualitas sekolah yang lebih kondusif dan penuh dengan daya inovasi maupun kreativitas.
d. Institusi Pendidikan : Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, maka kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Hakekat Belajar Mengajar
Winkel (Darsono 2001:4) mengemuakakan “belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan keterampilan dan nilai sikap”. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Sedangkan konsep mengajar Sudjana (2000:29) mengemukakan “sebagai suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya adalah memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar”.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.

2. Kriteria Tuntas Belajar
Kriteria ketuntasan belajar adalah sebagai berikut.
a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian TIK mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 65% siswa sekelas.
b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai sekurang-kurangnya 65% (atau memperoleh nilai 6,5) dari keseluruhan materi pokok uji.
c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan belajar bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 sebanyak 85% dari jumlah siswa di kelas itu. (Tim Khusus 2003:3)

3. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa, sebagaimana dikemukakan Sudjana (2000:45) yaitu : a) komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, b) komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dan c) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai tran-aksi.

4. Tipe Hasil Belajar
Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam Dimyati 2002:26).
Dalam penelitian ini hanya ranah kognitif saja, meliputi : a) tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, b) pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e) sintesis dan f) evaluasi. (Sularyo 2004:9).

5. Pembelajaran Kelompok
Kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan William R. Martin dalam Roestiyah 2001:45). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:34) mengemukakan kerja kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti”.
Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan proses belajar yang dilakukan siswa secara bersama-sama melalui komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi pelajaran.

6. Keuntungan Pembelajaran Kelompok
Nasution (2000:34) mengemukakan beberapa manfaat dar kerja kelompok sebagai berikut.
a. Mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.
c. Mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik.
d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok.

Sedangkan Rustiyah (2001:32) keuntungan menggunakan teknik kerja kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa lebih intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat kepemimpinan, d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif, dan f) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa.

7. Ciri-ciri Pembelajaran Kelompok
Ciri-ciri yang menonjol dalam pembelajaran kelompok adalah : a) siswa sadar sebagai anggota kelompok, b) siswa memiliki tujuan bersama, c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan, d) interkasi dan komunikasi antar anggota, e) ada tindakan bersama dan f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara bersama-sama.

B. Penelitian yang Relevan
Pada saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul “ Upaya Peningkatan Pengetahuan Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia”, dengan metode pembelajaran kelompok, peneliti mencoba menggali pengetahuan siswa terutama untuk meningkatkan Pengetahuan Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia dengan belajar kelompok. Karena dalam belajar kelompok siswa lebih banyak menyerap materi untuk didiskusikan, menemukan dan melakukan tukar pengalaman dengan kelompoknya, sehingga siswa mudah menyerap pengetahuan yang diberikan oleh guru.
1. Burton (Nasution 2000:56) menjelaskan “kerja kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama, sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan mengalami perubahan sikap”.
2. Bentuk pembelajaran kelompok model Jigsaw yaitu anggota kelompok diberi tugas yang berbeda satu dengan lainnya dari satu pokok bahasan. Agar masing-masing tetap mengetahui keseluruhan pokok bahasan yang dibahas dalam kelompoknya, tes diberikan dengan menyeluruh dengan penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelopok.
3. Bentuk pembelajaran kelompok model STAD (Student Team Achievement Division) yaitu siswa dalam kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Anggota-anggota dalam kelompok saling belajar dan membelajarkan. Fokus yang ditekankan adalah keberhasilan seorang anggota akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok. Demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa.

C. Kerangka Berpikir
Penerapan metode belajar kelompok yang dilakukan guru untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa merupakan bentuk kreativitas dalam mengajar. Melalui metode ini siswa saling berinteraksi dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki siswa ditungkan, ditampung untuk dilanjutnya dimodifikasi sebagai iden bersama dalam menyelesaikan permasalahan.
Adanya metode belajar kelompok menjadikan aktivitas belajar siswa menjadi lebih tinggi. Untuk kelancaran penerapan metode ini guru perlu mengeliminer dominasi beberapa siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih merata. Secara sederhana penerapan metode belajar kelompok untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut :

D. Hipotesis Tindakan
Suharsimi Arikunto (1998:62) mengemukakan “hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan sekurang-kurangnya mengandung dua variabel atau lebih”.
Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu : “Penerapan metode belajar kelompok dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran IPS konsep Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia untuk kelas VI SD.
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, dengan diberikan penerapan metode belajar kelompok dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa materi Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia Perkembangan Sistim Administrasi Wilayah Indonesia untuk kelas VI SD dapat tuntas belajar sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal .

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian
Seting penelitian yang diamati adalah mutu proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapkan metode belajara kelompok.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian adalah dengan mengamati kegiatan guru dalam menciptakan kondisi aktif selama diskusi serta ketuntasan hasil belajar siswa.

B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian merupakan responden yang akan dijadikan sasaran penelitian dan dijadikan sebagai bahan pengambilan data informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Kalibogor UPTD Dikpora Kecamatan Sukorejo berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki, dan 5 perempuan.

C. Sumber Data
a. Siswa : Hasil pretes, hasil postes dan hasil wawancara
b. Guru : Hasil observasi/pengamatan
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
1) Data Kuantitatif : Daftar nilai siswa
2) Data Kualitatif : Daftar nilai perkembangan siswa

D. Tehnik dan Alat Pengumpul Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut.
1. Teknik survey meliputi : a) wawancara terhadap 5 orang siswa secara langsung dengan pedoman wawancara. Kriteria siswa yang diwawancarai berupa 1) siswa tidak mencapai tuntas belajar, dan 2) kurang minat belajar dengan indikasi kurang respon dalam proses KBM. b) angket dibagikan kepada semua siswa dalam kelas penelitian, dan c) checklist observasi dan catatan lapangan dilakukan oleh kolaborator.
2. Teknik test yang digunakan untuk mengetahui perubahan hasil belajar dari konsep yang telah diajarkan dalam bentuk soal pilihan ganda.
3. Teknik dokumentasi yang digunakan untuk mendapatkan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dari daftar nilai ulangan harian dan buku pekerjaan rumah.
Adapun alat/instrumen pengambil data yang digunakan untuk observasi kegiatan penelitian ini adalah :
1. Pedoman wawancara siswa untuk mengetahui dampak tindakan.
2. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam KBM untuk melihat aktivitas siswa dan guru.
3. Seperangkat tes, untuk mengetahui kemajuan hasil belajar akibat tindakan kelas.
4. Angket untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam KBM
5. Catatan lapangan oleh kolaborator.
E. Validasi Data
Validitas tes dilakukan dengan cara : 1) Face Falidity (anggota AR saling mengecek validitas instrumen), dan 2) content (isi tes sesuai dengan materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum).

F. Analis Data
Data yang dipergunakan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari : 1) observasi, 2) wawancara siswa, dan 3) angket. Sedangkan data sekunder bersumber dari : 1) daftar nama siswa yang tidak tuntas belajar, 2) daftar nilai ulangan harian, dan 3) buku pekerjaan rumah (PR).
Semua data yang ada, baik data primer maupun sekunder diolah dengan mencari rata-rata setiap nilai test kemudian dijumlah dan dicari rata-rata keseluruhan selanjutnya hasilnya disesuaikan dengan indikator belajar tuntas yang diharapkan dalam bentuk persentase.

G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini, diharapkan pada akhir siklus 2 terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yaitu dari nilai rata-rata ulangan harian sebesar 60,00 menjadi 70,00 atau dari kategori Cukup menjadi Baik.
Selain itu, juga terjadi meningkatnuya pengetahuan siswa pada materi pelajaran perkembangan sistim administrasi wilayah Indonesia menjadi lebih besar.
Sebagaimana ditunjukkan oleh tiga siklus tersebut di atas, pada akhir penelitian jumlah siswa kelas VI SD N Kalibogor yang bertambah pengetahuannya dan menguasai materi pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia meningkat dengan baik secara nyata.

H. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran membaca dengan menggunakan Latihan Persepsi.
2) Membuat media pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan.
3) Penyusunan alat evaluasi tindakan berupa:
a) Pedoman wawancara (untuk siswa, guru, dan kolaborator)
b) Lembar observasi kegiatan belajar mengajar
c) Learning logs siswa
d) Soal evaluasi dan tugas

2. Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat, meliputi:
a. Pembuka
1. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
b. Inti Pembelajaran
1. Siswa melakukan kegiatan membaca untuk menemukan kebiasaan membaca siswa, baik kebiasaan yang mendukung dan kebiasaan yang menghambat.
2. Siswa menemukan kebiasaan yang mendukung dan kebiasaan yang menghambat. Kebiasaan yang baik (mendukung) perlu dikembangkan dan kebiasaan yang menghambat (buruk) perlu ditinggalkan.
3. Siswa melaksanakan kegiatan belajar berkelompok dengan materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia, secara bergantian masing-masing kelompok melaksanakan kegiatan diskusi dan menjawab pertanyaan yang telah tersedia .

c. Penutup
1. Guru bersama siswa menilai isi, proses, dan hasil menggunakan teknik ini.
2. Pemberian penguatan dan kesimpulan dari guru.

3. Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan/ pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan menggunakan format pengamatan proses pembelajaran. Evaluasi hasil pengamatan juga dilaksanakan secara kolaboratif dengan mengolah data yang telah diperoleh dan memaknainya serta menentukan keberhasilan dan pencapaian tindakan dan atau hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi
Hasil observasi dan evaluasi dianalisis. Berdasarkan analisis ini guru peneliti bersama kolaborator dan siswa melakukan refleksi diri untuk menentukan perencanaan dan tindakan berikutnya. Refleksi juga didasarkan atas jurnal yang dibuat guru setelah selesai melaksanakan tindakan/ pembelajaran dan learning logs yang dibuat siswa serta hasil kerja siswa yang dikumpulkan atau dipresentasikan, dan hasil kerja kelompok.

5. Revisi/ Perencanaan
Penelitian ini dinyatakan berhasil bila pembelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan belajar kelompok dapat meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik terhadap pengetahuan materi pelajaran Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan target peningkatan yang hendak dicapai sekurang- kurangnya 30% dari kondisi awal (sebelum pelaksanaan tindakan). Pemahaman dan penguasaan konsep Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia ditunjukkan oleh meningkatnya hasil belajar siswa tampak pada
Pada Siklus 2
Sekurang-kurangnya 75% siswa kelas VI SD N Kalibogor mendapat nilai ulangan harian 68.

Pada Siklus 3
Sudah tercapai 85 % dan aktivitas siswa dalam PMB meningkat.

JADWAL PENELITIAN TINDAKAN PENELITIAN KELAS

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses penelitian ini diperkirakan seluruhnya adalah selama 3 bulan. Dengan rincian sebagai berikut.
No Jenis Kegiatan Alokasi Waktu
Juli Agust Sept Oktober Nopem
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1. Penyerahan proposal kepada LPMP

2. Seleksi proposal
3. Pengambilan Data Awal
4



Siklus 1
a. Perencanaan
b. Tindakan dan Observasi
c. Refleeksi

5

Siklus 2
a. Perencanaan
d. Tindakan dan Observasi
e. Refleksi

6
Siklus 3
a. Perencanaan
b. Tindakan dan Observasi
c. Refleksi


7 Tabulasi
8 Penyusunan Laporan
9
Penyerahan Laporan (Sementara)
10 Revisi Laporan

11 Penjilidan Laporan

12 Penyerahan Laporan


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto. S. 1998. Prosedur Penelitian Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.

Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution. 2000. Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. 2000. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sugiono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Supandi. 1992. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Tim Khusus. 2000. Pola Pelaksanaan Belajar Tuntas dan Analisis Ketuntasan Belajar. Jakarta : Depdiknas

Wibawa. A. 2003. Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Gramedia
Diposkan oleh One_tie di 8/07/2008 09:02:00 PM Read More..

model-model pembelajaran

http://solselku.wordpress.com/2008/11/27/model-model-pembelajaran

Model-Model Pembelajaran
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
________________________________________
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan: 1. Seluruh siswa menjadi lebih siap. 2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan: 1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan. 2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan: 1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. 2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan: 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/
Model Pembelajaran ARIAS
Abstrak. Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.
Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan pembelajaran
1. Pendahuluan
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/1998) menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998).
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar.
2. Kajian Teori dan Pembahasan
2.1 Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
2.2 Komponen Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
- Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
- Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:
- Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
- Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
- Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
• Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
• Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
• Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
• Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
Sumber : http://wijayalabs.wordpress.com Read More..