statement trading

statement trading
ini adalah hasil live trading EA saya.hasil trading 10% tiap bulan untuk posisi aman, bisa smpe 20-30% untuk posisi spekulasi.jika ada yg berminat contact saya di 085649238006.
Program Affiliate Indowebmaker
InstaForex
gps forex robot

trading free $100 no deposit

DAFTAR ROBO FOREX, GRATIS $15

masukkan kode referal:" ybu " jika keberatan silahkan dikosongin aja

MARKETIVA

MARKETIVA
untuk pendaftaran klik gambar diatas dan untuk mendapatkan kupon silahkan kirim email ke saifudinzuhri32@yahoo.co.id

tempat penukaran uang terpercaya

daftar libertyreserve

SIGNAL FOREX HARI INI


Powered by GainScope.com - Forex

download gratis dapat uang

payooner

ini adalah perusahaan yang menjual produk ksehatan.dengan daftar disini,kita akan dapat kartu kredit payooner gratis langsung di kirim kerumah kita.silahkan mencoba saya sudah mendapatkan kiriman kartu kreditnya.kegunaan kartu kredit tersebut dapat kita gunakan untuk mengaktifkan rekening paypal. silahkan klik dibawah ini.

Selasa, 14 Juli 2009

sejarah kurikulum pendidikan di indonesia

Kurikulum pada hakekatnya adalah alat pendidikan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum akan searah dengan tujuan pendidikan, dan tujuan pendidikan searah dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Sanjaya, 2007). Jika kita bicara dengan arah pembangunan masyarakat, maka disini sudah melibatkan sisi politis pendidikan. Karena kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan politis tertentu, maka sangat wajar jika ada istilah ganti menteri ganti kurikulum, ganti rezim ganti kurikulum, bahkan Bush Jr. mengucurkan dana miliyaran dollar untuk membujuk pesantrren-pesantren di Indonesia agar tidak berpresepsi buruk terhadap orang Kafir dan mengkerdilkan Jihad, lewat perubahan kurikulum pesantren atau yang disebut moderenisasi kurikulum pesantren. Melalui paparan berikut ini, kita akan membuktikan bahwa pengembangan kurikulum sebagai alat pendidikan sangat dipengaruhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan rezim yang berkuasa.
PENDIDIKAN SEBELUM MASA KOLONIALISME
Pada saat zaman hindu budha, pendidikan hanya dinikmati oleh kelas Brahmana, yang merupakan kelas teratas dalam kasta Hindu. Mereka umumnya belajar teologi, sastra, bahasa, ilmu pasti, dan ilmu seni bangunan. Sejarah mencatat, kerajaan-kerajaan Hindu seperti Kalingga, Kediri, Singosari, dan Majapahit, melahirkan para empu, punjangga, karya sastra, dan seni yang hebat.
Padepokan adalah model pendidikan zaman hindu yang dikelola oleh seorang guru/bengawan dan murid/cantrik mempelajari ilmu bersifat umum, religius, dan juga kesaktian. Murid di Padepokan bisa keluar masuk bila merasa cukup atau tidak puas dengan pengajaran guru.
Pada zaman penyebaran Islam, pola pendidikan bernapaskan islam menyebar dan mewarnai penyelenggaraan pendidikan. Pusat-pusat pendidikan tesebar di langgar, surau, meunasah (madrasah), masjid, dan pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan formal tertua di Indonesia. Pesantren diajar oleh seorang kyai, dan santri/murid tinggal di pondok/asrama di sekitar pesantren. Jumlah pondok pesantren cukup banyak tersebar di Jawa, Aceh, dan sumatera selatan. Sampai saat ini pondok pesantran masih eksis, menurut data DEPAG pada tahun 2005-2006 jumlah pesantren yang asa di 33 propinsi di Indonesia adalah 16.015 buah, dengan jumlah santri sebanyak 3.190.394 orang, dengan proposi laki-laki 53,2% dan perempuan 46,8%. Bagaimana perkembangan pendidikan islam dari sebelum merdeka hingga kini, bisa dibaca dihalaman madrasah pada blog ini.

PENDIDIKAN MASA KOLONIALISME
Pada masa penjajahan Portugis didirikan sekolah-sekolah misionaris. Portugis mendirikan sekolah seminari di Ambon, Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Belanda pada awal kedatangannya pun melakukan hal yang sama dengan Portugis. Pendidikan banyak ditangani oleh kalangan gereja kristen dengan bendera Nederlands Zendelingen Gennootschap (NZG). Pasca politik etis, Belanda mengucurkan dana pendidikan yang banyak dan bertambah setiap tahunnya, tetapi tujuannya untuk melestrarikan penjajahan di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa HCS dapat melanjutkan ke Mulo.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.
Pemerintah kolonial sebenarnya tidak berniat mendirikan universitas tetapi akhirnya mereka mendirikan universitas untuk kebutuhan mereka sendiri seperti Rechts Hogeschool (RH) dan Geneeskundige Hogeschool di Jakarta. Di Bandung, pemerintah kolonial mendirikan Technische Hogeschool (TH). Kebanyakan dosen TH adalah orang Belanda. Menurut Soenarta (2005) kaum inlanders atau pribumi agak sulit untuk masuk ke sekolah-sekolah tinggi itu. Ketika almarhum Prof Roosseno lulus TH, jumlah lulusan yang bukan orang Belanda hanya tiga orang, yaitu Roosseno dan dua orang lagi vreemde oosterling alias keturunan Tionghoa. Bila demikian, lantas berapa orang yang lulus bersama almarhum Ir Soekarno (presiden pertama RI) dan Ir Putuhena? Di zaman pendudukan Jepang, pernah dicari 100 orang insinyur yang dibutuhkan. Padahal saat itu belum ada 90 orang insinyur lulusan TH Bandung.
Agar tidak banyak bangsa Indonesia yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, maka biaya kuliah pun dibuat sangat besar. Menurut Soenarta (2005) biaya kuliah untuk satu tahun di salah satu sekolah tinggi itu besarnya fl (gulden) 300. Saat itu, harga satu kilogram (kg) beras sama dengan 0,025 gulden. Maka, besar uang kuliah sama dengan 12.000 kg beras. Bila ukuran dan perbandingan itu diterapkan sebagai biaya kuliah di universitas sekarang, sedangkan harga beras sekarang rata-rata Rp 3.000 per kg, maka untuk kuliah di universitas biayanya sebesar Rp 36 juta per mahasiswa per tahun. Biaya di MULO, setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, adalah sebesar 5,60 gulden per siswa per bulan, setara dengan 224 kg beras. Bila dihitung dengan harga beras sekarang, akan menjadi Rp 672.000 per siswa per bulan. Akibatnya banyak anak Indonesia yang lebih memilih masuk Ambachtschool atau Technische School, karena biayanya agak murah sedikit. Berbekal keterampilan yang diperoleh di Ambachtschool atau Technische School, siswa bisa langsung bekerja setelah lulus.
Kurikulum pendidikan Belanda dideisain untuk melestarikan penjajahan di Indonesia, maka pada kurikulum pun dikenalkan kebudayaan Belanda, juga penekan hanya pada menulis dengan rapi, membaca, dan berhitung, yang keterampilan ini sangat bermanfaat untuk diperbantukan pada Pemerintah Belanda dengan gaji yang sangat rendah. Anak-anak Indonesia pada zaman itu tidak diperkenalkan dengan budayanya sendiri dan potensi bangsanya.
Ketiga, sekolah yang dikembangkan tokoh pendidikan nasional seperti KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara. K.H Achmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang menggunakan sistem pendidikan barat dengan menambanhkan pelajaran agama islam. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa dengan membuat sistem pendidikan yang berakar pada budaya dan filosofi hidup Jawa, yang kemudian dianggap sebagai sistem pengajaran dan pendidikan nasional.
Pada masa Jepang, pendidikan diarahkan untuk menyediakan prajurit yang siap berperang di perang Asia Timur Raya. Peggolongan sekolah berdasarkan status soaial yang dibangun Belanda dihapuskan. Pendidikan hanya digolongkan pada pendidikan dasar 6 tahun, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menegah tinggi yang masing-masing tiga tahun, serta pendidikan tinggi. Sekolah Rendah diganti nama menjadi Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko), Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko), dan Sekolah Mengengah Tinggi (Koto Chu Gakko). Hampir semua pendidikan tinggi yang ada pada zaman Belanda ditutup, kecuali Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, dan Sekolah Teknik Tinggi di Bandung.
Pada masa peralihan dari Jepang ke Sekutu, ketika proklamasi dikumandangkan, dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran RI yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara. Lembaga ini melahirkan rumusan pertama sistem pendidikan nasional, yakni pendidikan bertujuan menekankan pada semangat dan jiwa patriotisme. Kemudian disusun punla pembaruan kurikulum pendidikan dan pengajaran. Kurikulum sekolah dasar lebih mengutamakan pendekatan filosofis-ideologis. Proses penyunsunan singkat dan tentu saja tanpa disertai data empiris. Penetapan isi kurikulum di masa permulaan kemerdekaan itu berdasarkan asumsi belaka.

ENDIDIKAN SETELAH INDONESIA MERDEKA DARI BELANDA CS (SEKUTU)
Setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004 dan 2006).
KURIKULUM SEDERHANA (1947-1964)
Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950.
Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani.
Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dab cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana 9pompa, timbangan, manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Struktur program Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
1. B. Indonesia - - 8 8 8 8
2. B. Daerah 10 10 6 4 4 4
3. Berhitung 6 6 7 7 7 7
4. Ilmu Alam - - - - 1 1
5. Ilmu Hayat - - - 2 2 2
6. Ilmu Bumi - - 1 1 2 2
7. Sejarah - - - 1 2 2
8. Menggambar - - - - 2 2
9. Menulis 4 4 3 3 - -
10. Seni Suara 2 2 2 2 2 2
11. Pekerjaan Tangan 1 1 2 2 2 2
12. Pekerjaan kepurtian - - - 1 2 2
13. Gerak Badan 3 3 3 3 3 3
14. Kebersihan dan kesehatan 1 1 1 1 1 1
15. Didikan budi pekerti 1 1 2 2 2 3
16. Pendidikan agama - - - 2 2 2
JUMLAH 28 28 35 38 40 41

Kurikulum 1964
Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving). Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.
Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Struktur program berdasarkan kurikulum ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
I Pengembangan Moral
1. Pendidikan kemasyarakatan 1 2 3 3 3 3
2. Pendidikan agama/budi pekerti 1 2 2 2 2 2
II Perkembangan kecerdasan
3. Bahasa Daerah 9 8 5 3 3 3
4. Bahasa Indonesia - - 6 5 8 8
5. Berhitung 6 6 6 6 6 6
6. Pengetahuan alamiah 1 1 2 2 2 2
III Pengembangan emosional/artistik
7. Pendidikan kesenian 2 2 4 4 4 4
IV Pengembangan keprigelan
8. Pendidikan keprigelan 2 2 4 4 4 4
V Pengembangan jasmani
9. Pendidikan jasmani/Kesehatan 3 3 4 4 4 4
Jumlah 25 26 36 36 36 36

PEMBAHARUAN KURIKULUM 1968 dan 1975
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur-unsurnya dulu”. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
I Pembinaan Jiwa Pancasila
1. Pendidikan agama 2 2 3 4 4 4
2. Pendidikan kewarganegaraan 2 2 4 4 4 4
3. Bahasa Indonesia - - 6 6 6 6
4. Bahasa Daerah 8 8 2 2 2 2
5. Pendidikan olahraga 2 2 3 3 3 3
II
Pengembangan pengetahuan dasar
6. Berhitung 7 7 7 6 6 6
7. IPA 2 2 4 4 4 4
8. Pendidikan kesenian 2 2 2 2 2 2
9. Pendidikan kesejahteraan keluarga 1 1 2 2 2 2
III Pembinaan kecakapan khusus
10. Pendidikan kejuruan 2 2 5 5 5 5
Jumlah 28 28 40 40 40 40

Kurikulum 1975
Dibandingkan kurikulum sebelumnya, kurikulum ini lebih lengkap, jika dilihat dari pedoman yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut. Pada kurikulum SD 7 unsur pokok yang disajikan dalam 3 buku. Tujuh unsur pokok tersebut adalah dasar, tujun, dan prinsip; struktur program kurikulum; GBPP; sistem penyajian; sistem penilaian; sistem bimbingan dan penyuluhan; pedoman supervisi dan administrasi. Pembuatan buku pedoman, pada kurikulum selanjutnya tetap dipertahankan.
Pendekatan kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efesien, yang mempengaruhinya adalah konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (Management by Objective). Melalui kurikulum 1968 tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran yang terkandung pada kurikulum 1968 lebih dipertegas lagi. Metode, materi, dan tujuan pengajarannya tertuang secara gambalang dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI kemudian lahir satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan bahsasb memiliki unsur-unsur: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 didasari konsep SAS (Structural, analysis, sintesis). Anak menjadi pintar karena paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata pelajaran di sekolah. Kurikulum 1975 juga dimaksudkan untuk menyerap perkembangan ilmu era 1970-an. Selain memperkuat matematika, pelajaran teoritis IPA juga dipertajam. Jam pelajaran yang tadinya 41 jam per minggu, menjadi 43 jam. Pelajaran IPA menjadi gabungan dari Ilmu Hayat dan Ilmu Alam. Sisi positif kurikulum ini adalah, “ilmu-ilmu dasar yang diserap siswa SD pada masa itu menjadi semakin berkembang”. Akan tetapi dampak dari kurikulum 1975 adalah banyak guru menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas administrasi, seperti membuat TIU, TIK, dan lain-lain; sedangkan substansi materi uang akan diajarkan kurang didalami.
Struktur program pada kurikulum 1975 di sekolah dasar adalah sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
1. Pendidikan agama 2 2 2 2 2 2
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 3 4 4 4
3. B. Indonesia 8 8 8 8 8 8
4. IPS - - 2 2 2 2
5. Matematika 6 6 6 6 6 6
6. IPA 2 2 3 4 4 4
7. Olah raga dan kesehatan 2 2 3 3 3 3
8. Kesenian 2 2 3 4 4 4
9. Keterampilan khusus 2 2 4 4 4 4
JUMLAH 26 26 33 36 36 36

KURIKULUM KETERAMPILAN PROSES
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach, yang senada dengan tuntukan GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif, bermutu, dan efisien bekerja. Kurikulum 1984 tidak mengubah semua hal dalam, kurikulum 1974, meski mengutamakan proses tapi faktor tujuan tetap dianggap penting. Oleh karena itu kurikulum 1984 disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi Siswa dalam kurikulum 1984 diposisikan sebagai subyek belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
CBSA didasarkan pada disertasi Conny R. Semiawan, yang didasarkan pada pandangan Sikortsky, yang menelorkan Zone of Proximality Development. Teori yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai potensi dan potensi itu dapat teraktualisasi melalui ketuntasan belajar tertentu. Tetapi antara potensi dan aktualisasi terdapat daerah abu-abu (grey area), guru berkewajiban menjadikan daerah abu-abu ini dapat teraktualisasi. Caranya dengan belajar kelompok.
Dari sisi konten tidak banyak perubahan pada kurikulum ini, kecuali ditambahkannya pembelajaran PSPB. Struktur kurikulum pada tingkat sekolah dasar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
1. Pendidikan agama 2 2 2 2 3 3
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
3. PSPB 1 1 1 1 1 1
4. B. Indonesia 8 8 8 8 8 8
5. IPS - - 2 3 2 2
6. Matematika 6 6 6 6 6 6
7. IPA 2 2 3 4 4 4
8. Olah raga dan kesehatan 2 2 3 3 3 3
9. Kesenian 2 2 3 4 4 4
10. Keterampilan khusus 2 2 4 4 4 4
11. B. Daerah 2 2 2 2 2
JUMLAH 26 26 33 36 36 36

Kurikulum 1994
Lahirnya UU No 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, merupakan pemicu lahirnya kurikulum 1994. Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manisia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang mahaesa, berbudi luhur, memeliki keterampilan dan pengetahuan, kessehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar dipatok menjadi sembilan tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kulikulum, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. Pada kurikulum ini pun dimasukan muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerahnya. Pada kurikulum ini beban belajar siswa dinilai terlalu berat, karena ada muatan nasional dan lokal. Walaupun ada suplemen 1999 seiring dengan tuntutan reformasi, namun perubahan tidak total. Struktur kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
1. Pendidikan agama 2 2 2 2 2 2
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
3. B. Indonesia 10 10 10 8 8 8
4. IPS - - 3 5 5 5
5. Matematika 10 10 10 8 8 8
6. IPA 3 6 6 6
7. Olah raga dan kesehatan 3 5 5 5
8. Kerajinan tangan dan kesenian 2 2 2 2 2 2
9. Muatan lokal 2 2 2 2 2 2
JUMLAH 30 30 38 40 42 42
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi, diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional. KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya. Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan (dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal (memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa. KBK dinilai lebih unggul daripada kurikulum 1994, jika dilihat dari beberapa aspek berikut ini:
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:
1994 KBK
Yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi
Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be
Silabus Silabus ditentukan secara seragam Peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum bissa dikurangi
Metode pembelajaran Keterampilan proses Lahir metode pembelajaran PAKEM dan CTL
Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif Penilaian memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas
KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara seimbang di tiga ranah, dengan menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal. PKBS memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Struktur kurikulum KBK adalah sebagai berikut
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
Matapelajaran 1. Pendidikan agama tematik 3
2. Pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial 5
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. IPA 4
6. Kerajinan tangan dan kesenian 4
7. Pendidikan jasmani 4
pembiasaan
8. Kegiatan yang mendorong/mendukung pembiasaan 2
Mulok 9. Mata pelajaran/kegiatan
Jumlah 27 32
Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 atau KTSP tidak mengubah KBK, bahkan sebagai penegas KBK (Jalal, 2006). Dibandingkan kurikulum 1994, kurikulum KTSP lebih sederhana, karena ada pengurangan beban belajar sebanyak 20%, jam pelajaran yang dikurangi antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi, kurikulum ini lebih menekankan pada pengembangan kompetensi siswa dari pada apa yang harus dilakukan guru. Kurikulum 2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi pilot project. Menurut Jalal (2006) KBK tidak resmi, hanya uji coba yang diterapkan di sekitar 3.000 sekolah se- Indonesia.
KTSP sendiri lahir sebagai respon dari UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, terutama pasal 36 ayat 1 dan 2. KTSP bertujuan memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Prinsip pengembangan KTSP adalah:
1. Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Komponen dalam KTSP adalah:
1. Tujuan pada pendidikan dasar: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.
2. Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar
No Mata Pelajaran Kelas
1 2 3 4 5 6
Matapelajaran 1. Pendidikan agama tematik 3
2. Pendidikan kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. IPA 4
6. IPS 3
7. Kerajinan tangan dan kesenian 4
8. Pendidikan jasmani 4
9. Seni budaya dan keterampilan 4
Mulok 2
Pengembangan diri 2
Jumlah 26 27 28 32
3. Kenaikan kelas dan kelulusan berdasarkan PP 19/2005 pasal 72 ayat 1, siswa dinyatakan lulus apabila: menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal, lulus ujian sekolah, dan lulus ujian nasional.
PENGEMBANGAN SILABUS
Pada KTSP menuntut satuan pendidikan untuk mengembangkan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompentensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan suber/alat/bahan belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus dikembangkan dengan menekankan pada prinsip ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.
Berdasarkan unit waktu:
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, pertahun, dan alokasi waktu untuk mata pelajaran lain yang sekelompok.
3. Implementasi per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
Pengembangan silabus dilakukan oleh para guru secara mandiri, atau berkelompok dalam sebuah sekolah, atau beberapa sekolah, kelompok MGMP atau PKG, dan dinas pendidikan. Adapun langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti yang ada pada standar isi
2. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan, kebermanfaatan, struktur ilmu, dan lain-lain.
3. Mengemban kegiatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan pencapaian kompetensi. Kegiatan pembelajaran menekankan pada proses pengembangan mental dan fisik melalui interaksi antara semua yang terlibat, baik siswa, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
4. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sebagai penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Penentuan jenis penilaian berdasarkan indikator baik dalam bentuk tes maupun non tes, tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap penilaian hasil karya, dan lain-lain.
6. Penentuan alokasi waktu pada setiap kompentensi dasar yang didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu.
7. Memanfaatkan sumber belajar sebagai rujukan baik berupa cetak, elektronik, narasumber, lingkungan fisik, a;am, sosial, dan budaya.
Dari uraian di atas, contoh format silabus adalah sebagai berikut:
SILABUS
NAMA SEKOLAH:
MATA PELAJARAN:
KELAS/SEMESTER:
STANDAR KOMPETENSI (LIHAT STANDAR ISI)
KOMPETENSI DASAR (LIHAT STANDAR ISI)
ALOKASI WAKTU:
Materi pokok pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi waktu Sumber Belajar


Sumber Rujukan:
Anam, S. 2006. Sekolah Dasar Pergulatan Mengejar Ketertinggalan. Solo: Wajatri. h. 113-148
Pikiran Rakyat. 2006. Kurikulum 2006 Pangkas 100-200 Jam Pelajaran. [on line] http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/08/0701.htm
Sanjaya, W. (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Soenarta, N. (2005). Biaya Pendidikan di Indonesia: Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI. [on line] http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190238.htm

Copyright ©yherlanti 2008, all rights reserved.
Boleh mengutip tulisan ini atau menyadurnya, asal menyebytkan sumbernya, yaitu Herlanti, Y. (2008). Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Zaman ke Zaman. [on line] yherlanti.wordpress.com Read More..

Sabtu, 04 Juli 2009

PSIKOLOGI SUFISTIK DALAM TRADISI PENDIDIKAN ISLAM

PSIKOLOGI SUFISTIK DALAM TRADISI PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: M. Saifuddin Zuhri


Psikologi merupakan kelanjutan studi tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka banyak sekali konsep dalam psikologi dapat ditemukan yang berasal dari kehidupan hubungan antar manusia. Psikologi dapat diartikan ilmu jiwa, karena jiwa sering dikorelasikan dengan masalah mistik, kebatinan, dan kerohanian. Selain itu objek utama Psikologi bukanlah jiwa karena jiwa tidak dapat dipelajari secara ilmiah. Objek Psikologi adalah tingkah laku manusia atau gejala kejiwaan. Sedangkan menurut para ahli bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Dengan demikian psikologi sufistik merupakan Psikologi agama yang mempelajari sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya untuk memusatkan jiwa, memperoleh kejernihan hati sanubari dan kesempurnaan rohani berdasarkan pendekatan psikologi.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution intisari dari mistisisme, termasuk di dalamnya sufistik, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Sebelum melangkah kepada masalah sufistik kita berusaha untuk meninjau, latar belakang timbulnya hal itu dari berbagai segi dan efek psikologi.
Dari kata Tashawuf muncul sebutan sufi untuk orang Islam yang menjalani kehidupan sufistik. Tasawuf juga disebut mistisisme Islam. Annemarie Schimmel (2000) dalam dimensi Mistik dalam Islam mengatakan bahwa dalam kata mistik itu terkandung sesuatu yang misterius, yang tidak bisa dicapai dengan cara biasa atau dengan usaha intelektual. Mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal yang mungkin disebut kearifan, Cahaya, Cinta atau nihil.
Di dalam psikologi dipelajari tentang hal-hal yang termasuk Mistisisme diantaranya:
1. Ilmu Ghaib.
Yang dimaksud di sini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang diduga ada di alam gaib, yaitu yang tidak dapat di amati oleh rasio dan pengalaman phisik manusia.
Berdasarkan fungsinya kekuatan gaib itu dapat dibagi menjadi:
a. Kekuatan gaib hitam (black magic) untuk dan mempunyai pengaruh jahat.
b. Kekuatan gaib merah (red magic) untuk melumpuhkan kekuatan atau kemauan orang lain.
c. Kekuatan gaib kuning (yellow magic) untuk praktek occultisme.
d. Kekuatan gaib putih (white magic) untuk kebaikan.
2. Magis ialah suatu tindakan dengan anggapan, bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkannya dengan tidak memperhatikan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diinginkannya.
3. Kebatinan. Menurut pendapat Prof. Djojodiguno berdasarkan hasil penelitiannya, aliran kebatinan dapat dibedakan:
a. Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia itu merasakan dan mengetahui hidup di alam yang baka sebelum mausia itu mengalami mati.
b. Golongan yang berniat mengenal Tuhan selama manusia itu masih hidup dan menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
c. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling harga menghargai dan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah- perintah Tuhan.

Ilmu kebatinan pada umumnya bermaksud untuk menemukan jalan yang dapat menempatkan manusia pada tempat yang sewajarnya di tenga-tengah masyarakat di dunia dan juga dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam kehidupan sufistik diajarkan tentang bagaimana mereka harus mengatur hidupnya dan bagaimana mereka masing-masing dapat hidup secara harmonis yang mengandung ketenangan dan rasa damai dengan masyarakat serta dengan Tuhannya melalui pengalaman syarat-syarat ilmunya. Mengenai pelaksanaan syarat-syarat ilmu tergantung dari individu masing-masing.
Menurut para psikologi bahwa gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
a. Gejala jiwa yang normal yang terdapat pada orang yang normal.
b. Gejala jiwa a-normal terdiri dari
1. Gejala jiwa supra-normal yang terdapat pada tokoh-tokoh pemimpin yang terkenal dan genius.
2. Gejala jiwa paranormal
Gejala jiwa yang terdapat pada manusia normal dengan beberapa kelebihan yang menyebabkan beberapa kemampuan berupa gejala-gejala yang terjadi tanpa melalui sebab akibat panca indera.
3. Gejala jiwa abnormal: gejala jiwa yang menyimpang dari gejala biasa karena beberapa gangguan (sakit jiwa).

Kemampuan-kemampuan yang demikian banyak terdapat dalam praktek kehidupan sehari-hari terutama dalam kalangan penganut ilmu kebatinan. Karena korelasinya erat dengan masalah kejiwaan dan kepercayaan.
Oleh karena itu para psikologi adalah cabang ilmu jiwa yang mempelajari tentang “gejala-gejala jiwa yang terjadi tanpa dengan panca indera serta perubahan perubahan yang bersifat fisik yang digerakkan oleh jiwa tanpa menggunakan kekuatan yang terkait dalam tubuh manusia”
Di dalam tasawuf dikenal prinsip asasi tasawuf yang berarti bahwa tidak ada wujud hakiki kecuali Allah. Sedangkan roh manusia, menurut tasawuf yang biasa juga disebut sufisme, anugrah Tuhan dan berasal dari roh-Nya. Oleh karena itu ia ingin berhubungan dengan sumber aslinya. Pendapat roh manusia berasal dari roh-Nya memang sejalan dengan apa yang dikemukakan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah:

فَاِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوالَهُ سَجِدِيْنَ
Artinya: Maka apabila Aku (Allah telah menyempurnakan kejadiannya (manusia) dan telah meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud. (Q.S Al Hijr 15:29).

Sufistik adalah kegiatan yang lebih menitik beratkan pada aspek asoteris Islam atau kegiatan-kegitan masalah mistik, kebatinan, dan kerohanian . Kegiatan aspek ke dalam dari Islam ini lebih banyak dipengaruhi oleh rasio, atau setidak-tidaknya oleh rasio dan wahyu yang berbentuk syari’ah.
Telah dimaklumi bahwa tujuan sufi adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan, Sehingga ia dapat melihat Tuhan dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan roh Tuhan. Filsafat yang menjadi dasar tentang ini adalah:
a. Tuhan bersifat rohani, maka bahagian yang dapat mendekatkan diri dengan-Nya adalah roh manusia bukan jasadnya.
b. Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekatkan-Nya adalah roh yang suci. Pensucian roh dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Memperbanyak beribadah kepada Allah
2) Menghilangkan ketergantungan kepada dunia dan materi.

Atas dasar itulah, maka sufisme dapat dikatakan suatu ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui pensucian roh-Nya. Dalam tradisi pendidikan Islam, tasawuf selama ini lebih identik dengan sebuah proses untuk mendekatkan bahkan menyatukan manusia denagan Tuhan-nya melalui kontemplasi, dzikir, ketundukan, dan totalitas, kepasrahan terhadap tuhan melalui pensucian jiwa, atau sebagai simbul kemabukan dan kegiatan bersama sang khaliq, sehingga yang terkonstruk dibenak atau akal fikirannya adalah bahwa seorang sufi selalui mementingkan dirinya sendiri dalam kesendiriannyadengan atau bersama Tuhannya.

KESIMPULAN



Pada kelanjutannya merupakan gagasan-gagasan tentang psikologi sufistik sebenarnya merupakan formula yang dianggap sangat penting untuk mengkontekstualisasikan dan mengaktualisasikan tentang pesan-pesan spiritual dan kejiwaan yang terkandung di dalam pendidikan Islam .
Tasawuf sebenarnya juga mempunyai peran dalam menghantarkan manusia untuk mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi. Sehingga seorang sufi juga harus melakukan aktifitas kesehariannya dalam kehidupan sosial modern serta dituntut mampu memecahkan problem- problem kemanusiaan kontemporer, tanpa harus kehilangan nilai-nilai spiritualitas kesufiannya.
Dengan demikian psikologi sufistik merupakan Psikologi agama yang mempelajari sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya untuk memusatkan jiwa, memperoleh kejernihan hati sanubari dan kesempurnaan rohani berdasarkan pendekatan psikologi.









DAFTAR KEPUSTAKAAN


Atkison, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga, 1995.
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Departemen Agama RI,Terjemah Al-Qur’an Al Jumatul ‘Ali, Jakarta: CV Penerbit J-ART, 2004.
Saiyid Husein, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Jakarta: Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994.
Robby H. Abror, Tasawuf Sosial, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002. Read More..

Jumat, 26 Juni 2009

pengaruh ekonomi terhadap pendidikan

Aspek Ekonomi dalam Pendidikan
Ditulis oleh Cucu Lisnawati
Penulis: Cucu Lisnawati, S.Pd. (dosen tetap pada Universitas Langlangbuana di Bandung). Abstrak: Masalah
pendidikan sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi. Baik secara langsung maupun tidak langsung,
kontribusi pendidikan terhadap ekonomi dan pembangunan harus diakui. Dengan demikian, tidak selamanya pendidikan
dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan. Sudah saatnya, pendidikan harus dipandang sebagai investasi, yang
secara jangka panjang kontribusinya dapat dirasakan. Kata Kunci: Ekonomi pendidikan, investasi dalam pendidikan,
pembiayaan dalam pendidikan.
A. Ukuran-ukuran Kontribusi Pendidikan Terhadap Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Bagaimanakan
keterkaitan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi? Secara sederhana, jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
digambarkan berikut ini. Untuk menjawab hal tersebut di atas, kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
pembangunan. Konsep pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam tergantung konteks
pengggunaanya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi
tenaga manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah Invesment in Human Capital.
Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara
terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang
mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat. Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan
formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi. Menurut
teori ini pertumbuhan dan pembangunan memiliki 2 syarat, yaitu 1. Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien,
dan 2. Adannya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Sumber daya manusis seperti itu
dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi dalam
pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan
adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengatahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga
yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataannya tingat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah
sekitar 2 % setiap tahunnya (World Bank:1980) Terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses
pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan dengan jenis pekerjaan tertentu. Sekolah
memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya tempat
dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapat berbagai macam faktor untuk mengukur bagaimana pertumbuhan
ekonomi diukur dengan baik. Diantara ukuran-ukuran tersebut, diantaranya: 1. Pendapatan per-kapita 2. Perubahan
peta ketenagakerjaan dari pertanian ke industri 3. Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi seperti
mobil, telepon, televisi Dengan demikian kriteria untuk menilai keberhasilan pembangunan: 4. Peningkatan dalam
efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP. 5. Kepuasaan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, 6. Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan
penggunakan sumber daya yang terbatas. Pola keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan berbeda sesuai
dengan karakteristik khas setiap negara. Secara ringkas tampak berikut ini. 1. Negara Kapitalis vs Negara Sosialis.
Ekonomi di negara kapitalis mengasumsikan bahwa model produksinya bebas dari intervensi pemerintah dan
mensyaratkan adanya kompetisi terbuka di dalam pemasaran. Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
sangat erat dan pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan. Ekonomi di negara sosialis, memiliki konteks yang
berbeda dalam mengitepretasikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pemerintah memiliki peranan di dalam
mengontrol jalannya proses produksi dan pemasaran. Kaitan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan seolah tidak terlihat karena pembangunan sangat diatur oleh negara, bukan ditentukan oleh masingmasing
warga negara. 2. Negara Industri vs Non-Industri. Di Amerika Serikat yang sudah maju, persentase pekerja
yang bekerja di sektor industri sebesar 33 % dan di bidang jasa/service sebesar 66 %. Di Meksiko persentase di sektor
yang sama adalah 23 % dan 33 %. Di negara maju, penduduknya memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi,
pemakaian teknologi yang canggih, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan negara kurang berkembang. Di
negara maju memiliki akumulasi modal yang lebih besar, sebagai akibat dari kelebihan pendapatan setelah dikurangi
kebutuhan konsumsi, sehingga jumlah tabungan semakin lebih besar dan pada akhirnya akan diinvestasikan lagi pada
sistem ekonomi yang telah berjalan. Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat
dari adanya perubahan karakteristik individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara nonindustri,
perekonomiannya sangat tergantung kepada sektor pertanian sehingga persentase tenaga kerjanya lebih
banyak yang bekerja di sektor non-industri. Jelas bagaimana pentingnya analisis kontribusi pendidikan dalam
pembangunan. Salah satu alasan banyaknya kontroversi tentang kaitan antara pembangunan dan pendidikan
disebabkan karena sedikit sekali kebijakan pendidikan yang dimonitor benar-benar dan juga dievaluasi hasilnya. Analisis
terhadap pendidikan biasanya bersifat ex-post fakto, artinya data diperoleh dari kejadian-kejadian yang telah lampau.
Sebenarnya konsep bagaimana pendidikan itu harus dievaluasi harus dikembangkan sejak tujuannya ditetapkan.
dengan memperhatikan kerangka berpikirnya dan metodologinya. Metode yang sering dipakai dalam penelitian evaluasi
adalahl linear regresion and the educational production. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membicarakan
lebih lanjut kontribusi pendidikan terhadap pembangunan harus ditemukan kriteria-kriteria atau ukuran-ukuran
pertumbuhan atau hasil pembangunan. Dari uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan ukuran-ukuran sebagai berikut.
1. Teknologi tinggi dan sumberdaya yang mengoperasikannya 2. Pendapatan per-kapita 3. Perubahan peta
ketenagakerjaan dari pertanian ke industri 4. Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi 5.
Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP dan GNP 6. Kepuasaan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat 7. Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27
dengan penggunakan sumber daya yang terbatas. Berdasarkan ukuran tersebut di atas, maka untuk mengetahui
keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan diperlukan data sebagai berikut. 1. Pendidikan, yang meliputi
partisipasi pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan 2. Pendapatan nasional, baik dalam bentuk
Pendapatan Nasional Bruto, Pendapatan Domestik Bruto, maupun Pendapatan Perkapita 3. Perubahan peta
ketenagakerjaan, dengan rentangan pertanian-jasa-industri 4. Konsumsi energi A. Konsep Investasi dalam Pendidikan
Investasi berarti penanaman modal atau uang. Modal atau uang yang ditanamkan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan, baik berupa uang atau modal maupun dalam bentuk barang atau jasa. Kenneth J. Arrow (1962)
mengemuikakan bahwa istilah investasi atau investment merupakan alokasi current resources yang mempunyai
alternatif produktif yang berguna untuk pelaksanaan kegiatan yang dapat menambah keuntungan yang diperoleh di
masa yang akan datang. Biaya atau cost suatu investasi merupakan keuntungan yang diperoleh dibagi dengan
penggunaan sumber daya dalam berbagai kegiatan lain. Dengan demikian jelas bahwa investasi merupakan
penanaman modal atau uang yang sengaja dilakukan untuk mendatangkan keuntungan melalui produk yang dihasilkan.
Sementara itu pendidikan merupakan usaha manusia untuk membangun manusia itu sendiri dengan segala masalah
dan spektrumnya yang terlepas dari dimensi waktu dan ruang. Hal ini berarti bahwa inti pendidikan itu adalah
pembelajaran seumur hidup (life long learning), sementara bentuk pendidikan formal, pendidikan non formal (luar
sekolah) dan sebagainya hanya merupakan modus operandi dari proses pendidikan. Pendidikan di sini dimaksud untuk
meningkatkan martabat manusia agar mempunyai ketermapilan dan kemampuan sehinggan produktivitasnya meningkat.
Oleh sebab itu maka hasil pendidikan akan menjadi sumber daya manusia yang sangat berguna dalam pembangunan
suatu negara. Investasi dalam pendidikan merupakan penanaman modal dengan cara mengalokasikan biaya untuk
penyelenggaraan pendidikan serta mengambil keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui
pendidikan itu. Dalam konteks ini pendidikan ini diapandang sebagai industri pembalajaran manusia, artinya melalaui
pendidikan dihasilkan manusia-manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang sangat diperlukan bagi
perekonomian suatu negara untuk meningkatkan pendapatanindividu dan pendapatan nasional. Dengan demikian maka
investasi dalam pendidikan mempunyai jangka waktu yang panjang untuk dapat mengetahui hasilnya dan hasilnya
itupun tidak dalam bentuk keuntungan lansung, melainkan keuntungan bagi pribagi yang menerima pendidikan dan bagi
negara. Sebagai fungsi investasi, pendidikan memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan,
kualitas manusia dan pendapatan nasional, terutama dalam hal-hal berikut: 1. Proses belajar mengajar menjamin
masyarakat yang terbuka (yaitu masyarakat yang senantiasa beresedia untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan
dan harapan-harapan baru serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya). 2. Sistem
pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai pembangunan dan hasil-hasil rises (jaminan melekat untuk
pertumbuhan masyarakat modern yang berkesinambungan). Investasi pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan
secara konstan menambah persediaan pengetahuan dan memungkinkan riset dan penemuan metode serta teknik baru
yang berkelanjutan. 3. Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan segala faktor yang dibutuhkan masyarakat
kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor pendidikan akan menaikan pendapatan perkapita dalam
sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan. 4. Sistem
pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran ketermapilan manusia di pasar pemburuhan yang luwes dan
mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan
masyarakat teknologi modern yang sedang berubah (Komaruddin, 1991: 14). Investasi dalam pendidikan memusatkan
perhatian pada manusia sebagai sumber daya yang akan menjadi modal (human capital) bagai capital (Gary S. Backer,
1962) berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi real income masa yang akan datang melalui
penempatan sumber daya dalam bentuk manusia. Human capital di sini merujuk pada tenaga kerja sebagai suatu faktor
produksi yang menghubungkan aspek non-ekonomi pendidikan terhadap aspek ekonomi lainnya yang mempunya dua
ciri esensial, yaitu: 1. Kualitas tenaga kerja sebagai suatu input produktif tidak dapat dibagi dan digunakan secara
terpisah. 2. Kemampuan tenaga kerja tersebut tidak dapat dipindahkan kepada orang lain. Dalam kaitan ini, Ace
Suryadi (1991) mengungkapkan bahwa menurut teori human capital yang tercermin dalam keterampilan, pengetahuan
dan produktivitas kerjanya. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa ada model investasi dalam bentuk sumber daya
manusia yang secara langsung atau tidak melakukan hubungan antara indikator pendidikan di satu pihak dan indikator
ekonomi di lain pihak. Model yang dimaksudkan adalah model analisis biaya dan keuntunganpendidikan (cost benefit
analysis). Model ini merupakan metodologi yang sangat penting dalam melakukan analisis untuk investasi pendidikan
dan dapat membantu pengambilan keputusan untuk memutuskan danmemilih diantara alternatif alokasi sumber-sumber
pendidikan yang terbatas agar mampu memberikan kemampuan yang paling tinggi. B. Pendidikan dan Pertumbungan
Ekonomi Mungkinkah ada intervensi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi? Pendidikan memiliki daya dukung
yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Tyler (1977) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
produktivitas kerja seseorang, yang kemudia akanmeningkatakan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini
berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones (1984) melihat pendidikan sebagai
alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja
potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang
secara langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan
pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membngun. Sementra itu Vaizey (1962) melihat pendidikan
menjdi sumber utama bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam penyediddan
tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan, karena pranata ekonomi membutuhkan tenagatenga
terdidik dan terlatih. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada ekuivalensiyang kuat antara pekerjaan dan
pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dant erlatih. Oleh karena itu,
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27
pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan
dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti
pertumbuhan ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah. Intervensi
pendidikan terhadap ekonomi merupakan upaya penyiapan pelaku-pelaku ekonomi dalam melasnakan fungsi-fungsi
produksi, distribusi, dan konsumsi. Intervensi terhadap fungsi produksi berupa penyediaan tenaga kerja untuk berbagai
tingkatan yaitu top, midle, dan low management; atau secara ekstrim tenagra kerja krah biru dan krah putih. Di samping
tenaga kerja, juga pendidikan mengintervensi produksi untuk penyediaan entrepreneur tangguh yang mampu mengambil
resiko dalam inovasi teknologi produksi. Bentuk intervensi lain yaitu menciptakan teknologi baru dan menyiapkan orangorang
yang menggunakannya. Program-program perluasan produksi melalui intensifikasi dan rasionalisasi merupakan
salah satu wujud nyata dari peran prangata pendidikan atas fungsi produksi ini. Intervensi terhadap fungsi distribusi
adalah melalui pengembangan research and development produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat atau konsumen. Intervensi terhadap fungsi konsumsi dilakukan melalui peningkatan produktivitas kerja yang
akan mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini akan mendorong pada peningkatan fungsi
konsusmsi, yang ditunjukan dengan meningkatnya jumlah tabuhan yang berasal dari pendapatan yang disisihkan.
Tabungan ini akan menjadi investasi kapital yang tentunya akan lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu
negara. C. Pendidikan dan Pekerjaan Ukuran yang paling populer dalam melihat kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah mempertautkan antara pendidikan dengan pekerjaan. Pemikiran ini didasarkan pada
anggapan bahwa pendidikan merupakan human capital. Pemikiran ini muncul pada era industrialisasi dalam
masayarkaat modern. Argumen ini memiliki dua sepek, yaitu: 1. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern, dan 2.
Investasi pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas dalam
kehidupan nyata. Sebagai ilustrasi, menginkatkan tingkat pendidikan pekerja berpenghasilan rendah akan memberikan
tiga pengaruh positif, yaitu: 1. Meningkatkan produktivitas kerja dan konsekuensinya terhadap pendapatan 2.
Meningkatakan suplai tenaga kerja dengan keahlian tinggi dan konsekuensinya terhadap rendahnya gaji mereka, dan 3.
Menciptakan kekurangan pekerja berkeahlian rendah dengan konsekuensi mengingkatkan gaji pekerja golongan ini.
EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya
http://educare.e-fkipunla.net Generated: 11 February, 2009, 08:27 Read More..

Kamis, 25 Juni 2009

STATISTIK INFERENSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Statistics is difficult to learn. Begitulah salah contoh dalam buku Bahasa Inggris pegangan mahasiswa. Pernyataan bahwa statistik sulit untuk dipelajari tidaklah berlebihan. “Jika orang mendengar kata statistik, maka asosiasi mereka adalah tentang sesuatu yang ruwet, memusingkan, penuh dengan rumus-rumus yang rumit, membosankan, dan sebagainya.” Mahasiswa yang menulis skripsi dengan pendekatan kwantitatif ternyata menemukan banyak kesulitan untuk menentukan analisis statistik yang tepat dan mengaplikasikan analisis yang telah dipilih.
Dengan semakin meluasnya ketersediaan komputer pada lembaga pendidikan akhir-akhir ini, metode pengajaran Statistik di beberapa perguruan tinggi telah mengalami perubahan yang dramatis. Kusnandar selanjutnya mengatakan bahwa ketersediaan perangkat keras dan lunak komputer telah memberikan banyak kemudahan kepada peneliti dalam menganalisis hasil penelitian. Bila dahulu ada anggapan bahwa penelitian yang meneliti tiga variabel atau lebih hanya dapat dilakukan oleh peneliti setingkat mahasiswa S2 atau bahkan S3, dikarenakan sulitnya analisis multivariat, sekarang itu bisa dilakukan oleh mahasiswa S1 atau oleh peneliti pemula. Singgih Santoso menganggap bahwa perkembangan Software Statistik yang pesat membuat penggunaan metode statistik Multivariat yang sangat komplek menjadi mudah dan praktis. Kalau terhadap statistik Multivariat saja menjadi mudah dan praktis, apalagi bagi statistik univariat dan bivariat.
Kejadian ini, sejauh pengamatan kami belum banyak terjadi di berbagai perguruan tinggi Islam di wilayah Kediri dan sekitarnya. Belum dimanfaatkannya teknologi terbaru untuk analisis statistik ini boleh jadi karena sivitas akademika belum tahu dan masih meragukan tentang berbagai efektivitas, kemudahan, dan validitas dari teknologi itu.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka penulis melalui makalah ini berusaha memberikan kesan mudah terhadap statistik dengan memberikan contoh dan aplikasinya dengan SPSS dan Microsoft Excel.
B. Manfaat Statistik dalam Penelitian Kwantitatif
Setidaknya ada 4 (empat) manfaat Statistik dalam penelitian kwantitatif:
1. Untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari populasi, sehingga sampel dapat lebih representatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
3. Teknik-teknik untuk mendeskripsikan data sehingga data lebih komunikatif; dan
4. Alat untuk analisis data.
C. Macam-macam Statistik
Statistik dapat dibedakan menjadi dua, deskriptif dan inferensial. Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan data atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi. Sementara statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan.
Statistik inferensial dapat dibedakan menjadi dua, parametris dan non-parametris. Statistik parametris terutama digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sementara non-parametris terutama digunakan untuk menganalisis data nominal atau ordinal. Atau datanya interval atau rasio tetapi tidak berdistribusi normal. Macam-macam statistik itu dapat digambarkan seperti di bawah ini:

D. Jenis Data
Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua: kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau kualitatif yang diangkakan.
Data kuantitatif dapat juga dikelompokkan menjadi dua: diskrit dan kontinum. Data diskrit adalah data yang diperoleh dari menghitung, bukan mengukur. Data ini sering disebut dengan data nominal. Sementara data kontinum dikelompokkan menjadi tiga: ordinal, interval, dan rasio. Data ordinal adalah data yang berjenjang dan berbentuk peringkat. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nol absolut. Sementara data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nol absolut.
Bermacam data seperti di atas dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Contoh data dalam skala pengukuran nominal dan ordinal:
No Skala Penguk. Data Kualitatif Kategori
01 Nominal Suku 1. Sunda 2. Jawa
3.Madura 4. Lainnya
Kepemilikan motor 1. ya 2. tidak
02 Ordinal
Pendidikan 1. PT 2. SMA
3. SMP 4. SD
Jabatan Dosen 1. Guru Besar 2. Lektor Kepala
3. Lektor 4. Asisten Ahli
Nilai Akhir Mata Kuliah 1. A 2. B
3. C 4. D
5. E
Contoh data dalam skala pengukuran interval dan rasio:
Data Kuantitatif Skala Pengukuran
Suhu (Celcius atau Fahrenheit) interval
penanggalan (Masehi atau Hijriah) interval
tinggi (meter) rasio
berat (kilogram) rasio
Umur (tahun atau hari) rasio

E. Pedoman Umum Memilih Teknik Statistik
Terdapat bermacam-macam teknik statistik yang dapat digunakan menguji hipotesis. Teknik statistik mana yang akan digunakan tergantung pada interaksi dua hal: macam data dan bentuk hipotesisnya. Secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
MACAM DATA BENTUK HIPOTESIS
Deskriptif (Satu Variabel) Komparatif (Dua Sampel) Komparatif (Lebih dari dua sampel) Asosiatif (hubungan)
Related Independen Related Independen
NOMINAL Binomial

X2 One Sample Mc Nemar Fisher Exact Probability

X2 Two Sample X2 for k Sample

Cochran Q X2 for k Sample Contingency Coefficient
ORDINAL Run Test Sign Test

Wilcoxon Matched Pairs Median Test

Mann-Whitney U Test

Kolmogorov-Smirnov

Wald-Woldfowitz Friedman Two-way Anova Median Extention

Kruskal-Wallis One Way Anova Spearman Rank Correlation

Kendall Tau

INTERVAL RASIO t-test T-test of Related T-test of independent
One-way Anova

Two-way Anova
One-way Anova

Two-way Anova Pearson Product Moment

Partial Correlation

Multiple Correlation
Makalah ini tidak akan menjelaskan secara keseluruhan teknik statistik di atas, tetapi hanya menjelaskan teknik yang sering digunakan mahasiswa dalam menguji hipotesis skripsinya.
F. Konsep Pengujian Hipotesis
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir, a point estimate dan interval estimate. Yang disebutkan pertama adalah suatu taksiran parameter berdasarkan suatu nilai data sampel sedangkan yang kedua adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sampel.
Menaksir parameter populasi menggunakan nilai tunggal mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Makin besar taksiran maka akan semakin kecil kesalahannya tetapi tingkat ketelitian taksiran semakin rendah. Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk prosentase. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran ditetapkan lebih dahulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%. Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan tingkat signifikansi.
Dalam setiap pengujian hipotesis, kita harus selalu memutuskan apakah menerima ataukan menolak Ho dan selalu ada kemungkinan bahwa kita membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan tersebut. Kesalahan tersebut terjadi ketika kita menolak suatu hipotesis yang benar atau menerima hipotesis yanjg salah. Kedua jenis kesalahan ini diberi nama secara khusus dalam pengujian hipotesis:
1. Salah jenis I. Kesalahan ini terjadi ketika kita menolak Ho padahal Ho benar. Peluang terjadinya kesalahan ini dinyatakan dengan  dan disebut taraf signifikansi.
2. Salah tipe II. Kesalahan ini terjadi ketika kita menerima Ho padahal Ho salah. Peluang terjadinya kesalahan ini dinyatakan dengan , yang disebut dengan power of statistical test.
Dalam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa prosen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (Ho) yang benar. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Daerah Kritis/
Penolakan Ho



Titik
Kritis Daerah
Penerimaan Ho Titik
Kritis


BAB II
ANALISIS KORELASI

A. Pendahuluan
Dalam ilmu statistik istilah korelasi berarti hubungan antardua variabel atau lebih. Hubungan antardua variabel disebut bivariate correlation, sementara hubungan antarlebih dua variabel disebut multivariate correlation.
Hubungan antardua variabel misalnya korelasi antara intensitas mengikuti diskusi dosen (variabel x) dengan produktifitas kerja (variabel y). Hubungan antarlebih dari dua variabel misalnya korelasi antara kwalitas layanan (variabel x1), keadilan bagi hasil (variabel x2), dengan banyaknya nasabah (variabel y).
B. Arah Korelasi
Hubungan antardua variabel atau lebih itu bila dilihat dari arahnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hubungan yang sifatnya searah dan berlawanan arah. Hubungan searah disebut korelasi positif, sementara yang berlawanan arah disebut korelasi negatif.
Jadi, jika variabel x mengalami kenaikan, maka akan diikuti kenaikan variabel y. Itulah korelasi positif. Contohnya bila layanan terhadap nasabah naik (variabel x) maka naik pula jumlah nasabah bank itu (variabel y). Sementara korelasi negatif adalah apabila variabel x mengalami peningkatan mengakibatkan variabel y mengalami penurunan dan sebaliknya. Contohnya bila curah hujan meningkat (variabel x) maka penjualan es akan mengalami penurunan (variabel y).
C. Angka Korelasi
Besar angka korelasi itu berkisar antara 0 sampai 1, baik posisit maupun negatif. Bila dalam penghitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1 berarti telah terjadi kesalahan penghitungan. Bila angka korelasi itu bertanda negatif menunjukkan korelasi antarvariabel itu negatif. Interpretasi kasar terhadap angka korelasi sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
D. Macam-macam Teknik Korelasi
Setidaknya ada 9 teknik analisis korelasi sebagai berikut.
NO VARIABEL I VARIABEL II TEKNIK
01 Interval/rasio Interval/rasio Product moment
02 Interval/rasio Interval/rasio Korelasi Parsial
03 Interval/rasio Interval/rasio Korelasi Ganda
04 2 atau lebih nominal 2 atau lebih nominal Koefisien Kontigengensi
05 Ordinal Ordinal Spearman
06 Ordinal Ordinal Kendall’s tau
07 Dikotomi buatan Interval/rasio Biserial
08 Dikotomi asli Interval/rasio Point biserial
09 Dikotomi buatan Dikotomi buatan Tetrachoric
10 Dikotomi asli Dikotomi asli Koefisien Phi
Dari sepuluh teknik analisis ini, penulis hanya akan menjelaskan 5 teknik, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, dan 6.
1. Product moment
Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio. Karena product moment termasuk parametrik, maka harus memenuhi uji asumsi salah satunya adalah kedua variabel itu berdistribusi normal.
Dua di antara rumus product moment adalah:
rxy =
Dimana :
rxy = Korelasi antara variabel x dan y
x = (Xi – )
y = (Yi – )
rxy =

Rumus terakhir digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi.
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara nilai rata-rata dari Mata Kuliah Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian Kependidikan dengan Nilai Skripsi. Penelitian menggunakan nilai sebelum dikonversi dan mengambil sampel sebanyak 35 mahasiswa.
Karena product moment termasuk parametrik, maka setelah data terkumpul dan skor untuk variabel x dan variabel y diuji normalitasnya. Cara termudah untuk menguji ini adalah dengan program SPSS.
Prosedur untuk menguji distribusi data adalah sebagai berikut:
Setelah data dimasukkan klik Analyze  Descriptive Statistics  Explore, sebagaimana gambar berikut ini:

Setelah itu akan keluar gambar berikut ini:

Pengisian:
1. Destinasikan kedua variabel itu ke dalam kotak Dependent List, dengan memblok kedua variabel itu dan mengeklik panah yang ada di sebelah kiri kotak itu.
2. Pada bagian Display, kliklah kotak Plots.
3. Kemudian kliklah kotak Plots, maka akan keluar gambar di bawah ini.

Oleh karena hanya akan menguji normalitas, maka
1. Aktifkan kotak Normality Plots with tests.
2. Nonaktifkan pilihan stem and leaf.
3. Pilih None pada bagian Boxplot.
4. Setelah itu klik Ok, maka akan keluar output seperti di bawah ini.
Explore


Untuk menguji normalitas dapat digunakan skor Sig. Yang ada pada hasil penghitungan Kolmogorov-Smirnov. Bila angka Sig. Lebih besar atau sama dengan 0,05, maka berdistribusi normal, tetapi apabila kurang, maka data tidak berdistribusi normal. Karena Sig. Untuk variabel x (0,200), dan variabel y (0,163) itu lebih besar dari 0,05, maka kedua data variabel itu berdistribusi normal.
Hal ini juga dapat dilihat pada grafik Normal Q-Q Plot maupun Detrended Normal Q-Q Plot. Untuk Normal Q-Q Plot itu apabila sebaran data dari variabel itu bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas dan tidak ada yang terletak jauh dari sebaran data, maka data tersebut berdistribusi normal. Sementara untuk Detrended Normal Q-Q Plot, apabila datanya tidak membentuk suatu pola tertentu atau menyebar secara acak, maka data itu berarti berdistribusi normal. Sesuai dengan nilai Sig. di atas, maka hasil uji dengan dua model grafik di bawah ini juga menunjukkan kedua data dari variabel itu berdistribusi normal.
Nilai rata Stat Pend. Met. Pen., dan MPP

Nilai Skripsi

Dikarenakan kedua variabel itu distribusi datanya normal, maka dapat dilakukan analisis dengan product moment. Seandainya distribusi datanya tidak normal, maka harus menggunakan analisis non-parametrik, seperti kendall’s tau atau spearman rank.
Prosedur untuk menguji hipotesis dengan product moment adalah sebagai berikut:
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Correlate  Bivariate, sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:


Pengisian:
1. Destinasikan kedua variabel itu ke dalam kotak Variables,
2. Kalau berkeinginan untuk menampilkan rata-rata dan deviasi standar, kliklah Options, maka akan keluar gambar di bawah ini.
3. Setelah itu kliklah pada kotak yang ada di depan Means and …. Setelah itu klik Continue. Abaikan yang lain dan klik Ok, maka akan menghasilkan Output seperti di bawah ini.
Correlations


Dari output di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah 35. Skor rata-rata variabel x adalah 74,1143 dengan deviasi standar 10,05213. Sementara untuk skor rata-rata variabel y adalah 73,9143 dengan deviasi standar 8.87949.
Adapun nilai koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y adalah 0,924, dengan nilai Signya 0,000 dalam arti kesalahan menolak Ho hanyalah 0% atau mendekati 0%. Hasil pada Sig. itu dapat dicek ulang dengan membanding rhitung 0,924 dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 2 (jumlah variabel) = 33. Nilai tabel untuk 33 dengan kesalahan 5%: 0,344 dan 1%: 0,442. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi. Dan karena rhitung tidak bertanda negatif, maka menunjukkan arah korelasi ini positif. Jadi, semakin tinggi nilai rata-rata Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian kependidikan semakin tinggi pula nilai Skirpsinya.
Bila penghitungan di atas kita menggunakan SPSS, maka product moment ini ada dua cara untuk menghitung dengan Microsoft Excel. Yang satu menggunakan sub menu Data Analysis… dalam menu Tools, yang satunya menggunakan aplikasi sesuai dengan rumus seperti terlihat di bawah ini:

Caranya:
1. Setelah data dimasukkan, baik untuk variabel x maupun variabel y, buatlah rata-rata dari masing-masing variabel itu.
2. Kurangi masing-masing skor responden dengan nilai rata-ratanya.
3. Kuadratkan hasil pengurangan itu.
4. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
5. Untuk mengetahui varians untuk sampel bagikan hasil penjumlahan no.4 dengan jumlah sampel dikurangi 1.
6. untuk mengetahui deviasi standar, Carilah akar varians di atas.
7. Kalikan hasil pengurangan dari masing-masing reponden antara variabel x dan y.
8. Jumlahkan skor hasil dari no. 7 di atas.
9. Setelah itu masukkan ke dalam rumus.
rxy =
Ternyata hasilnya sama persis dengan penghitungan dengan SPSS.
Apabila kita menggunakan rumus 2, maka sebagaimana berikut:

Caranya:
1. Setelah data dimasukkan, baik untuk variabel x maupun variabel y, jumlahkan masing-masing variabel itu.
2. Kuadratkan masing-masing skor yang ada di varibel x.
3. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
4. Kuadratkan masing-masing skor yang ada di varibel y.
5. Jumlahkan hasil pengkuadratkan itu.
6. Kalikan masing-masing skor antara variabel x dan y.
7. Jumlahkan skor hasil pengkalian di atas.
8. Setelah itu masukkan ke dalam rumus.
rxy =
Sedangkan cara yang paling cepat adalah menggunakan Data Analysis dari menu Tools, sebagaimana ada pada gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar sebagaimana di bawah ini klik Correlation dan klik Ok.

Selah keluar gambar di bawah ini, maka bloklah seluruh skor variabel x dan variabel y. Selanjutnya klik Ok.

Inilah hasil dari penghitungan itu, ternyata hasilnya, manakala di belakang koma dijadikan tiga angka maka skornya sama persis dengan penghitungan SPSS dan excel secara urut.


2. Koefisien Ganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel yang lain. Rumus itu adalah sebagai berikut:
R =
Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara nilai rata-rata mata kuliah Statistik Pendidikan, Metodologi Penelitian, dan Metodologi Penelitian Kependidikan (x1) dan Nilai Mata Kuliah yang mempunyai kaitan erat dengan isi topik skripsi (x2) dengan nilai skripsi (y).
Data ketiga variabel itu dimasukkan pada data view SPSS terlihat sebagai berikut:

Prosedur untuk menguji hipotesis dengan korelasi ganda adalah sama dengan aplikasi product moment:
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Correlate  Bivariate, sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Pengisian:
1. Destinasikan ketiga variabel itu ke dalam kotak Variables,
2. Kalau berkeinginan untuk menampilkan rata-rata dan deviasi standar, kliklah Options, maka akan keluar gambar di bawah ini.

3. Setelah itu kliklah pada kotak yang ada di depan Means and …. Setelah itu klik Continue. Abaikan yang lain dan klik Ok, maka akan menghasilkan Output seperti di bawah ini.
Correlations


Dari output di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah 35. Skor rata-rata variabel x1 adalah 74,1143 dengan deviasi standar 10,05213, Skor rata-rata variabel x2 adalah 73,1429 dengan deviasi standar 5,56852. Sementara untuk skor rata-rata variabel y adalah 73,9143 dengan deviasi standar 8.87949.
Adapun nilai koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel y adalah 0,924, nilai koefisien korelasi antara variabel x2 dengan variabel y adalah 0,847, dan nilai koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel x2 adalah 0,913. Nilai Sig untuk ketiga korelasi itu adalah 0,000 dalam arti kesalahan menolak Ho hanyalah 0% atau mendekati 0%. Hasil pada Sig. itu dapat dicek ulang dengan membanding rhitung dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 2 (jumlah variabel) = 33. Nilai tabel untuk 33 dengan kesalahan 5%: 0,344 dan 1%: 0,442. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi. Dan karena rhitung tidak bertanda negatif, maka menunjukkan arah korelasi ini positif. Jadi, semakin tinggi nilai rata-rata Statistik Pendidikan, Metode Penelitian, dan Metode Penelitian kependidikan semakin tinggi pula nilai Skirpsinya, demikian juga semakin tinggi nilai mata kuliah yang terkait dengan isi topik skripsi semakin tinggi pula nilai Skirpsinya. Sayangnya out put itu tidak memperlihatkan skor korelasi kedua variabel x secara bersama-sama dengan variabel y.
Bila penghitungan di atas kita menggunakan SPSS, maka bila dihitung dengan Microsoft Excel aplikasinya seperti terlihat di bawah ini:



Hasil penghitungan dengan Microsoft Excel menghasil skor yang sama dengan skor koefisien korelasi hasil penghitungan SPSS. Kelebihannya ia juga bisa digunakan mencari skor korelasi kedua variabel x secara bersama-sama dengan variabel y, yaitu 0,924. Kalau kita membandingkan rhitung dengan rtabel untuk dk.: 35 (jumlah sampel) dikurangi 3 (jumlah variabel) = 32. Nilai tabel untuk 32 dengan kesalahan 5%: 0,349 dan 1%: 0,449. Karena rhitung lebih besar dari rtabel, maka berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini mengandung pengertian bahwa kesimpulan dari sampel ini dapat digeneralisasikan untuk populasi.

3. Koefisien Kontingency
Teknik ini digunakan untuk menghitung hubungan antarvariabel bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini mempunyai kaitan erat dengan Chi Kuadrat yang digunakan untuk menguji komparative k-sampel independent. Oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai Chi Kuadrat. Rumus itu adalah sebagai berikut:
C =
Nilai Chi Kuadrat dihitung dengan rumus:
2 =
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penggunaan alat (teknologi) hitung dengan benar tidaknya hasil hitung dalam penghitungan analisis statistik. Sampel diambil 45 orang, 15 menggunakan kalkulator, 15 menggunakan komputer dengan program microsoft Excel, dan 15 orang menggunakan SPSS.
Data dari penelitian ini adalah data kategori, maka cara untuk memasukkan data ke SPSS juga harus sesuai dengan aturan data kategori. Bila sub menu value labels dalam menu view diaktifkan maka akan keluar seperti gambar di bawah ini.


Setelah itu klik Analyze  Descriptive Statistics  Crosstabs seperti di bawah ini:

Setelah itu akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Setelah itu destinasikan kedua variabel itu ke kotak Row(s).
Kliklah Statistics akan keluar seperti di bawah ini:

Setelah itu Aktifkan Chi-square dan Contingency Coeficient dalam Nominal, selanjutnya kliklah Continue.
Setelah itu klik cells maka akan keluar gambar di bawah ini:

Setelah itu aktifkan expected lalu klik Continue. Abaikan yang lain dan kliklah Ok, maka akan keluar Output seperti di bawah ini:
Crosstabs




Dari Output di atas dapat diketahui bahwa nilai hitung koefisien kontingensi adalah 0,514 sementara nilai Chi kuadratnya adalah 16,123. Sementara penghitungan dengan Excel sebagaimana contoh di bawah ini. Dari kedua penghitungan ini ternyata menghasilkan nilai yang sama baik untuk nilai Chi kuadrat maupun Korelasi Koefisien Kontigency.

Cara Mencari Expexted adalah dengan mengkalikan prosentase jumlah yang benar dan yang salah dengan jumlah masing-masing sampel:
Benar : 0.755556 x 15 = 11.3333
Salah : 0.244444 x 15 = 3.6666

Untuk menguji Nilai Koefisien Kontingency menggunakan nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan: kategori variabel x dikurangi 1 dan kategori variabel y dikurangi 1. Jadi 3 –1 = 2 ditambah 2 – 1= 1 sama dengan 3.
16.123 > 7,815 kesalahan 5%
16.123 > 11,341 kesalahan 1%.
Ho ditolak Ha diterima
Jenis teknologi hitung mempunyai korelasi yang signifikan dengan kebenaran hitung sebesar 0.514. Dan kesimpulan dari data sampel berlaku juga pada populasi.

4. Spearman Rank
Sebagaimana tabel teknik analisis korelasi, maka spearman rank adalah teknik analisis manakala datanya berbentuk ordinal atau interval yang diordinalkan.
Contoh:
Untuk mendapatkan data tentang karakteristik pemimpin yang berpengaruh, pada tahun 1995 dan 2002 telah diadakan penelitian di Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia diperoleh data dengan peringkat sebagai berikut:

Setelah data diinput sebagaimana di atas, maka klik Analyze  Correlate  Bivariate sebagaimana gambar berikut ini:

Setelah keluar gambar di bawah ini, masukkan dua variabel tersebut (th2002 dan th1995) ke dalam kolak Variables. Klik Pearson untuk menghilangkan contengannya sebagai gantinya kliklah Spearman, lalu klik Ok.

Out put di bawah ini adalah hasil penghitungan SPSS, yaitu korelasi antara hasil penelitian th 1995 dengan th 2002 yang mempunyai skorhitung: 0,959.
Nonparametric Correlations

Bila dibandingklan rhotabel untuk n = 20 dengan taraf kesalahan 5%: 0,450 dan taraf kesalahan 1%: 0,591. Dikarenakan rhohitung (0,959) adalah lebih besar dari rhotabel baik untuk kesalahan 5% maupun 1%, maka korelasi antara penilaian tahun 1995 dan 2002 adalah positif dan signifikan dan berlaku juga untuk populasi.
Sedangkan aplikasi dengan Excel adalah sebagai berikut:
1. masing-masing skor pada variabel x dikurangi dengan masing-masing skor pada variabel y.
2. masing-masing hasil pengurangan itu dikuadratkan.
3. Seluruh hasil pengkuadratan itu dijumlahkan.
4. Hasil penjumlahan itu dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini
 = 1 -

Hasilnya ternyata sama persis dengan hasil penghitungan dengan SPSS.

5. Kendall’s tau
Fungsi dari Kendall's tau semestinya sama dengan spearman, bedanya hanyalah kalau spearman biasanya digunakan untuk sampel kecil, tetapi kendall's tau dapat digunakan untuk sampel besar.
Kendall's tau juga sering digunakan untuk menganalisis data yang semula direncanakan dianalisis dengan product moment. Setelah diuji distribusi datanya ternyata tidak normal atau sampelnya kurang dari 30, maka akhirnya dianalisis dengan Kendall's tau. Untuk kasus seperti itu, bila dianalisis dengan menggunakan excel, maka data yang semula interval atau rasio harus dirangking.
Sedangkan prosedur untuk analisisnya sama dengan spearman, bedanya kalau yang diaktifkan untuk kendall's tau adalah kendall.

Setelah seluruh prosedur sebagaimana di spearman dilakukan maka akan keluar out put sebagaimana di bawah ini:
Nonparametric Correlations

Berdasarkan out put di atas, maka diketahui bahwa korelasi antara variabel x (IQ) dan y (prestasi) adalah 0,760. Selanjutnya hasil itu dimasukkan dalam rumus z, yang akan penulis jelaskan berbarengan dengan penjelasan aplikasi dengan excel.
Dari perhitungan ini diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara IQ dan prestasi sebesar 0,76. Hal ini berarti semakin tinggi IQ seseorang semakin tinggi prestasinya.
Sedangkan aplikasi analisis kendall's dengan excel adalah sebagai berikut:
1. Skor dari variabel x dirangking dari rangking 1 dan seterusnya.
2. Skor dari variabel y juga dirangking.
3. Berdasarkan rangking dari variabel y itu dicari rangking atas (Ra), yaitu menghitung skor yang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan masing-masing skor pada variabel y.
4. Berdasarkan rangking dari variabel y itu dicari rangking bawah (Rb), yaitu menghitung skor yang yang lebih rendah bila dibandingkan dengan masing-masing skor pada variabel y.
5. Selanjutnya masing-masing skor Ra dan Rb dijumlahkan.
6. Hasilnya penjumlahan itu dimasukkan dalam rumus.
 =
Hasil penghitungan dengan Excel ini ternyata mempunyai hasil yang sama dengan SPSS. Selanjutnya hitung 0,760 itu dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini.

z =
Zhitung: 5,3249, bila dibandingkan dengan ztabel pada kesalahan 1% dibagi dua (0,01/2 = 0,005) atau kesalahan 5% dibagi dua (0,05/2 = 0,025). Demikian juga 100% dibagi dua (0,100/2 = 0,50) setelah dikurangi dengan 0,005 = 0,495 skor tabelnya adalah 2,58 atau dikurangi 0,025 = 0,475 skortabelnya 1,96. Ternyata Zhitung lebih besar dibanding ztabel Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima.

E. Koefisien Penentu
Koefisien penentu adalah digunakan untuk menjawab berapa persen variabel x mempengaruhi variabel y. Rumus untuk mencari Koefisien penentu adalah:
(Koefisien Korelasi)2 x 100.
Dari analisis korelasi yang sudah dilakukan diatas didapatkan skor korelasi untuk:
1. Product Moment 0,924. Skor penentunya sebesar 85,378%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 85,378%, sedangkan yang 14,622% ditentukan oleh variabel lainnya.
2. Korelasi Ganda juga sebesar 0,924. Skor penentunya sebesar 85,378%. Ini artinya pengaruh kedua variabel x terhadap variabel sebesar 85,378%, sedangkan yang 14,622% ditentukan oleh variabel lainnya.
3. Koefisien Kontingensi 0,514. Skor penentunya sebesar 26,420%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 26,420%, sedangkan yang 73,580% ditentukan oleh variabel lainnya.
4. Spearman Rank sebesar 0,959. Skor penentunya sebesar 91,968%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 91,968%, sedangkan yang 8,032% ditentukan oleh variabel lainnya.
5. Kendall's tau 0,760. Skor penentunya sebesar 57,760%. Ini artinya pengaruh variabel x terhadap variabel sebesar 57,760%, sedangkan yang 42,240% ditentukan oleh variabel lainnya.
Aplikasi untuk mencari Koefisien Penentu dengan Microsoft Excel seperti terlihat di bawah ini:

BAB III
ANALISIS REGRESI

A. Pendahuluan
Korelasi dan regresi mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi selalu ada korelasinya, tetapi belum tentu korelasi dilanjutkan dengan regresi. Korelasi yang dapat dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi antara dua variabel yang secara teori atau konsep mempunyai hubungan kausal (sebab akibat) atau hubungan fungsional.
Regresi digunakan manakala ingin diketahui bagaimana variabel y dapat diprediksikan melalui variabel x. Hasil analisis regresi dapat digunakan untuk mmutuskan apakah naik dan turunnya skor variabel y dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan variabel x.
B. Regresi Linear Sederhana dan Regresi Ganda Dua Prediktor
Di luar yang disebutkan dua regresi di atas, setidaknya masih ada regresi non-linear dan regresi ganda dengan tiga atau lebih prediktor. Hanya karena jarangnya digunakan dalam analisis penelitian untuk penulisan skripsi, maka ia tidak dijelaskan di sini.
1. Regresi Linear Sederhana
Regresi linear adalah regresi linear di mana variabel yang terlibat di dalamnya hanya dua.
Contoh: peneliti meneruskan hasil penghitungkan product moment yang telah dijelaskan di atas, untuk diketahui persamaan regresinya.
Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Regression  Linear, sebagaimana gambar di bawah ini:

Pada data view product moment di atas, klik Analyze  Regression  Linear, sebagaimana gambar di bawah ini:

Di bawah ini adalah hasil analisis regresi.



Skor R 0,924 adalah koefisien korelasinya, sementara 0,853 adalah korelasi penentunya.

Tabel Anova memaparkan uji kelinearan. Bila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (tidak terjadi hubungan linear antardua variabel, tetapi bila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak (terjadi hubungan linear antardua variabel). Uji linearitas ini juga bisa menggunakan skor Sig. Bila lebih kecil dari 0,05, maka tolak saja Ho.


Persamaan regresinya adalah:
Y = 13,438 + 0,816X.
Keterangan:
Bila tidak ada hasil pembelajaran metode penelitian, metode penilitian kependidikan, dan statistik pendidikan, maka mahasiswa itu akan mendapatkan nilai skripsi 13,438.
Koefisien regresi 0,816 menyetakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1% skor di variebl x akan meningkatkan skor variabel y sebanyak 0,816%.
Sebagai contok kalau ada mahasiswa yang mendapatkan skor variabel x sebanyak 70, maka diprediksikan skor variabel y sebagai berikut:
Y = 13,438 + (0,816 x 70)
Y = 70,558.
Bila dihitung dengan Microsoft Excel adalah sebagai berikut:


Y’ = a + bX

Dimana :
Y’ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Sementara rumus untuk mencari a dan b adalah sebagai berikut:
a =

b =

2. Regresi Ganda Dua Prediktor
Sementara untuk regresi ganda dua prediktor persamaan regresinya adalah Y = a + b1x1 + b2x2.
Untuk aplikasi dengan SPSS, cara sama dengan aplikasi linear, bedanya ketika mendestinasikan variabel x dengan memasukkan kedua variabel x.
Hasilnya sebagaimana tersebut di bawah ini. Dan cara membacanya juga sama dengan hasil regresi linear.





Sedangkan cara untuk mencari persamaan regresi dengan Microsoft Excel adalah dengan menggunakan rumus : Y = a + b1X1 + b2X2.
Keterangan
Y = adalah skor yang diprediksikan
a = intercept atau Konstanta
X1 dan X2 = variabel bebas I dan II
b1 dan b2 = koefisien regresi
Sedangkan cara untuk menghitung harga a, b1, dan b2 menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

b1 =

b2 =

a =

Keterangan:
∑ x12 = ∑ x12 -
∑ x22 = ∑ x22 -
∑ x1 x2 = ∑ x1 x2 -
∑ x1 y = ∑ x1 y -
∑ x2 y = ∑ x2 y -
∑ y2 = ∑ y2 -
Sedangkan aplikasinya sebagai berikut:


Begitulah cara penyelesaian menurut Buku Analisis Data Penelitian dengan Statistik oleh Iqbal Hasan, halaman 74-78. Sayang hasilnya ternyata tidak sama dengan penghitungan dengan SPSS.






BAB IV
ANALISIS KOMPARASI

A. Pendahuluan
Analisis komparasi berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga berarti menguji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antarvariabel yang sedang diteliti. Jika ada perbedaan, apakah perbedaan itu signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan.
B. Macam-macam Teknik Analisis Komparasi
Terdapat dua model komparasi, yaitu komparasi antara dua sampel dan komparasi antara lebih dari dua sampel. Masing-masing juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu komparasi antar sampel yang berkorelasi dan komparasi antara sampel yang tidak berkorelasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
MACAM DATA BENTUK HIPOTESIS
Komparatif (Dua Sampel) Komparatif (Lebih dari dua sampel)
Related Independen Related Independen
NOMINAL Mc Nemar Fisher Exact Probability
X2 Two Sample X2 for k Sample
Cochran Q X2 for k Sample
ORDINAL Sign Test
Wilcoxon Matched Pairs Median Test
Mann-Whitney U Test
Kolmogorov-Smirnov
Wald-Woldfowitz Friedman Two-way Anova Median Extention
Kruskal-Wallis One Way Anova
INTERVAL RASIO T-test of Related T-test of independent
One-way Anova
Two-way Anova
One-way Anova
Two-way Anova
Makalah ini hanya akan menjelaskan sekilas tentang T-test of related dan T-test of independent yang sering digunakan mahasiswa untuk menganalisis data dan menguji hipotesis ketika menulis skripsi.
1. T-test of Related
Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel bila datanya berbentuk interval atau rasio adalah t-test.
Rumus untuk t-test of related adalah:

Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perpebaan produktivitas kerja pegawai sebelum dan setelah mendapatkan kendaraan dinas. Berdasarkan 25 sampel pegawai yang dipilih secara random diketahui produktivitas kerja pegawai sebelum dan sesudah mendapatkan kendaraan dinas adalah sebagai berikut:

Setelah data disajikan seperti di atas, lalu klik Analyze  Compare Means  Paired Samples T Test sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar sebagai berikut: arahkan variabel x (sebelum) dan y (sesudah) ke dalam Paired Variables, lalu klik Ok.

Tampilan di bawah ini adalah hasil penghitungan itu.
T-Test

Out put ini menunjukkan bahwa sampel penelitian ini adalah 25, rata-rata skor produktifitas kerja sebelum mendapatkan kendaraan dinas adalah 74 dan sesudanya adalah 79,2.

Out put ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel sebelum dan sesudah adalah 0,863.

Hal yang sangat penting dari out put di atas adalah thitung: -4,906.
Sedangkan penghitungan dengan excel sebagai berikut:

1. Carilah selisih masing-masing skor sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan.
2. Jumlah seluruh skor dari selisih di atas.
3. Bagi hasil penjumlahan nomor 2 dengan jumlah sampel (dalam hal ini 25)
4. Kurangilan masing-masing hasil nomor 1 dengan hasil bagi nomor 4.
5. Kuadratkan masing-masing hasil pengurangan di nomor 4.
6. Jumlah seluruh skor dari hasil di nomor 5.
7. Hasil dari nomor 6 masukkan ke rumus
Hasilnya ternyata sama dengan penghitungan dengan SPSS.
Dengan derajat kebebasan 25+25-2 = 48, yang tertera dalam tabel yang mendekati 48 adalah 40 untuk kesalahan 5% = 2,021 dan 1% = 2,704. Karena thitung lebih besar dari ttabel. Jadi Ho ditolah dan Ha diterima, artinya berlaku untuk populasi, baik dalam kesalahan 1% maupun 5%

2. T-test of Independent
Terdapat 2 rumus t-test yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent.


t =

Rumus 1


t =

Rumus 2

1. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varians homogens, maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 + n2 – 2.
2. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama dan varians homogen, maka dapat menggunakan rumus 2. Besarnya dk adalah n1 - n2 – 2.
3. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varians tidak homogens, maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 – 1 atau n2 – 1.
4. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama dan varians tidak homogens, maka dapat digunakan rumus 1. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya= n1 – 1 dan n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil. Sebagai contoh n1 = 25, berarti dk = 24, maka harga t tabel = 2,797. n2 = 13, dk = 12, harga t tabel = 3,005 (untuk kesalahan 1%, uji dua fihak. Jadi harga t tabel yang digunakan adalah (3,005 – 2,797) : 2 = 0,104. Selanjutnya harga ini ditambah dengan t yang terkecil. Jadi 0,104 + 2,797 = 2,901.
Untuk menguji homogenitas varians adalah dengan menggunakan rumus:
F = Varians Terbesar
Varians terkecil
Bila F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel, maka varians homogens.
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui kecepatan memasuki dunia kerja antara lulusan SMA dan STM di satu sisi, dan antara lulusan PTS dan PTN.
Untuk hasil penelitian perbandingan antara lulusan SMA dan STM datanya adalah sebagai berikut:

Setelah data disajikan seperti di atas, lalu klik Analyze  Compare Means  Independent Samples T Test sebagaimana gambar di bawah ini:

Setelah keluar gambar seperti di bawah ini destinasikan variabel masa nunggu di Test variable(s) dan lulusan pada Grouping variable. Setelah itu klik Define Groups.

Setelah keluar gambar seperti di bawah ini ketiklah 1 di group 1, dan 2 di kolom Group 2. lalu klik Continue, lalu klik Ok.

Tampilan di bawah ini adalah out-put hasil penghitungan t-test independent dengan SPSS.
T-Test

Tampilan di atas menunjukkan bahwa sampel untuk lulus SMA sejumlah 22 dan lulusan STM 18 orang. Rata-rata lulusan SMA memasuki dunia kerja setelah menunggu selama 2,9091 tahun sementara lulusan STM menunggu 1,7778 tahun.

Hasil penting dari out put di atas adalah untuk thitung manakala variannya homogin adalah 2,858 tetapi manakala hiterogin thitungnya adalah 3,026.
Manakala dihitung dengan excel adalah sebagai berikut:


1. Carilah mean dari sampel SMA maupun STM.
2. Kurangi masing-masing sekor dengan mean masing-masing
3. Kuadratkan masing-masing skor hasil pengurangan nomor 2.
4. Jumlah seluruh skor hasil pengkuadratan pada sampel masing-masing
5. Bagi hasil nomor 4 dengan jumlah sampel dikurangi 1 (Inilah variansnya).
6. Casilah homogenitas varians dengan cara varians terbesar dibagi dengan varians terkecil.
7. Bandingkan hasilnya itu dengan Ftabel, manakala Hhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel, maka berarti varians homogin.
Ternyata hasilnya lebih besar dari tabel, sehingga variannys hiterogin. Karena jumlah sampel tidak sama dan variansnya hiterogin, maka berlaku ketentuan nomor 4 (pada halaman 62).
Dari penghitungan di atas ternyata hasilnya sama dengan SPSS. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sementara untuk penelitian kedua hasilnya adalah sebagai berikut:

Adapun caranya sama dengan yang tertera pada halaman 63-64. Tampilan di bawah ini adalah out-put hasil penghitungan t-test independent dengan SPSS.
T-Test

Jumlah sampel lulusan PTN dan PTS adalah sama 22.

Sementara hasilnya adalah thitung: 0,115.


Sama seperti di atas, hanya karena varians ini homogin dan jumlah sampel sama, maka berlaku ketentuan nomor 1 halaman 62. Hasilnya juga sama dengan penghitungan SPSS.
Untuk menguji hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel. Ttabel untuk derajat kebebasan 22 + 22 - 2 = 42 (yang mendekati adalah 40 untuk kesalahan 5%, dengan uji 2 fihak adalah 2,021, ternyata thitung 0,115 lebih kecil dari pada ttabel 2,021., maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan Read More..